I.
TUGAS PANGILAN GEREJA
a.
Apa itu
Tugas?
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “ Tugas” diartikan sebagai: Kewajiban yang harus dikerjakan,
pekerjaan yang merupakan tanggungjawab; pekerjaan yang dibebankan; perintah
untuk berbuat atau melakukan sesuatu”. Dalam hubungannya dengan Gereja, maka dapat
dipahami bahwa Tugas merupakan; kewajiban atau tanggungjawab yang harus
dilakukan oleh setiap Orang percaya sesuai dengan maksud dan tujuan yang
memberikan tugas tersebut, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja.
b.
Panggilan
Kata “ Panggilan” berasal dari kata
“Panggil”. Dalam hal ini, Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gerejalah yang
memanggil kita Gereja-Nya untuk Datang kepada-Nya, kemudian pergi bagi Dia.
Jadi, “Panggilan” dapat dipahami sebagai
tindakan memberi diri secara total kepada Tuhan Yesus bukan hanya untuk datang
kepada-Nya, tetapi juga untuk pergi bagi Dia (Pemanggilan dan pengutusan).
Panggilan juga harus dipahami sebagai ajakan, undangan untuk melakukan sesuatu
pekerjaan sesuai dengan kehendak yang memanggil, yakni Tuhan Yesus Kristus.
c.
Gereja
Gereja (ekklesia) yang
berarti sidang, perkumpulan, perhimpunan, paguyuban pada umumnya (seperti di
kampung, di kota atau negara). Kata ini juga yang kemudian dipakai gereja untuk
menamai kelompok orang yang percaya kepada Kristus setelah peristiwa salib dan
kebangkitan Yesus Kristus.
Menurut Robertus Belarminos, Gereja
adalah suatu bentuk manusia yang khusus. Kata “Gereja” yang dipakai sekarang
dan digunakan secara luas dalam masyarakat Indonesia sesungguhnya berasal dari
bahasa Portugis yakni “Igreja” yang
berarti “persekutuan”. Gereja juga diyakini oleh orang-orang Kristen sebagai
wahyu dari Tuhan dalam arti yang sesungguhnya, artinya Gereja adalah sesuatu
yang benar-benar difirmankan oleh Allah untuk dijadikan sebagai alat pemersatu
dan sekaligus perekat semua orang Kristen (pengikut Yesus Kristus).
Menurut John Titaley, Gereja adalah
organisasi keagamaan “universal” yang baru bermakna dalam konteks sosial
tertentu, walaupun secara teologis bisa dirumuskan sebagai mitra kerja Allah
yang ditempatkan dalam suatu konteks sosial tertentu. Gereja juga adalah
praeformasi atau bentuk pendahuluan dari pada umat manusia yang baru, gereja
menuju kepada penyataan yang sepenuhnya dari kerajaan Allah yang hidup dari dan
dalam abad kebangkitan. Gereja harus dipahami sebagai sebuah terminologi yang
mengikat pada masa dahulu, kini dan pada masa yang akan datang.
I.
Gereja
Sebagai Persekutuan Orang Percaya
Gereja sebagai persekutuan orang
percaya merupakan sebuah tatanan kehidupan sosial masyarakat yang berbasis dan
bertumpu pada ajaran-ajaran Injil yang mengikat erat anggotanya dalam iman
seorang dengan yang lain. Persekutuan Kristen pertama kali dikenal dengan
sebutan “Kristen” adalah di Antiokhia yakni di daerah Siria (Kisah Para Rasul
11: 26). Orientasi kehidupan bergereja adalah Yesus Kristus, yang melakukan
kehendak Allah di dalam kebenaran dan kebangkitan Yesus, di mana orang percaya
dibangkitkan pada kehidupan baru ( Roma
6 : 4).
Gereja sebagai persekutuan orang
percaya juga harus dipahami sebagai persekutuan dengan Kristus. Jikalau dalam
suatu gereja Kristen persekutuan itu tidak ada, maka Gereja tersebut tidak
berhak disebut gereja. Akan tetapi persekutuan dengan Kristus itu tidak dapat
dipisahkan pula dengan persekutuan dengan sesama. Menurut Emill Bruner, “Secara
vertikal hubungan itu diwujudkan di dalam persekutuan dengan Allah, secara
horizontal diwujudkan di dalam persekutuan dengan sesama orang beriman
(persaudaraan)”. Tuhan Allah sesungguhnya tidak hanya memanggil gereja sebagai
gereja bagi diri sendiri dan tersendiri, tetapi sebagai gereja yang hidup dan
berjuang melayani, dalam dan dengan sekitarnya. Gereja tidak akan mungkin dapat
hidup menikmati kesejahteraan total di atas kehancuran dunia sendirian, kalau
dunia sekitar hancur lebur, luluh lantak, gerejapun pada akhirnya akan luluh
berguguran dan akan lebur juga. Karena itu gereja berada di dalam dunia tetapi
bukan dari dunia, diutus untuk menjadi alat menghadirkan syalom di
tengah-tengah dunia.
II.
Gereja
Sebagai Tubuh Kristus
Perjanjian Baru menggunakan beberapa
metafora yang berbeda-beda yang menjelaskan arti dan fungsi gereja. Gereja
disebut “Tubuh Kristus” (1 Kor. 10: 27; 12: 27; Ef. 1: 23; 4: 15; Kol. 1: 24),
di mana orang dimasukkan ke dalamnya melalui babtisan dan perjamuan kudus. Menurut
H. Hadjiwijono, Gereja tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri, melainkan
dipanggil untuk menjadi sarana berkembangnya kerajaan Allah. Sering terlihat bahwa di dalam hidup
sehari-hari gereja sebagi lembaga belaka, sebagai organisasi dengan segala
kesibukannya, kebaktian hari Minggu, katekisasi, penyelidikan Alkitab,
komisi-komisi umur dan kesibukan lainnya. Dalam konteks seperti ini, banyak
orang memahami bahwa hubungan dengan Yesus Kristus sang kepala Gereja hanyalah
hubungan individual semata, seperti yang sering dipahami kalangan kharismatik.
Menurut E. G. Singgih, perkembangan pemahaman seperti ini di dalam jemaat, akan
berakibat kurang baik dan akan mengakibatkan makin mengaburnya nilai-nilai
hakiki dari pengertian Gereja sebagai “Persekutuan orang percaya dari segala
abad dan sepanjang zaman yang bergerak menuju kerajaan sorga seperti yang
terdapat dalam pengakuan iman Kristen”.
Dengan kata lain, kata Panenberg, karya Kristus Tuhan pada manusia
adalah untuk mengarahkan gereja kepada kerajaan Allah yang mengatasi gereja.
Karena itu gereja haruslah dipahami sebagai persekutuan orang percaya kepada
Yesus Kristus yang berada di dalam dunia sedang bergerak ke depan secara
bersama-sama menuju kepada satu tujuan.
a. Koinonia (bersekutu)
Koinonia berasal dari bahasa Yunani
“Koinon” yaitu: Koinonein artinya bersekutu, Koinonos
artinya teman, sekutu, Koinonia
artinya persekutuan. Kata: ”Koinonia”
baik dalam Alkitab, maupun dalam masyarakat Yunani pada waktu itu tidak
terbatas pada salah satu pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas
sesuai dengan konteksnya. Dikalangan masyarakat Yunani kata “koinonia” seringkali dipakai untuk
mengambarkan hubungan manusia dengan ilah-ilah. Hubungan itu dibayangkan
sebagai hubungan antar teman (koinonos).
“Koinonein” berarti bergaul secara
akrab dengan ilah-ilah, supaya mencapai hubungan mistik yang membawa kepada
kebahagiaan yang hebat. Itulah sebabnya dalam Septuaginta, kata “koinonia”
tidak pernah mengambarkan hubungan antara Allah dengan manusia. Di dalam PL
kata “hamba” (Ibr: ebed) dipakai, bukan teman untuk menggambarkan hubungan
Allah dengan manusia. Manusia adalah hamba Allah. Allah sebagai khalik dan
manusia sebagai mahluk. Namun dalam Perjanjian Baru ada perubahan: karena
melalui Yesus Kristus manusia dapat dipersatukan kembali dengan Allah. Dalam
Kristus, Allah datang dan menemui manusia.
Dalam PB kata “Koinonia”
mempunyai beberapa pengertian :
Mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain dalam sesuatu.
Lukas 5: 10; waktu Tuhan Yesus
menyuruh murid-murid menjala ikan, maka mereka melaksanakan perintah Tuhan.
Mereka mendapat banyak ikan. Karena banyaknya, mereka semua harus mengambil
bagian dalam hal menarik jala. Di sini koinonia sebagai persekutuan para pekerja.
Dalam I Kor 10: 16…, arti persekutuan (koinonia)
adalah mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Yesus Kristus di dalam
persekutuan Perjamuan Kudus.
Memberi bagian kepada seseorang
Sebagai contoh untuk memahami
kononia dalam lingkup ini, Filipi 4: 15 kata “mengadakan perhitungan” adalah
terjemahan dari kata koinonein dalam
arti memberi bagian. Paulus memberi jemaat Filipi bagian dalam mengabarkan
Injil, sedangkan jemaat Filipi tanpa diminta memberi Paulus bagian untuk
penghidupannya. Itulah salah satu segi dari persekutuan yaitu saling memberi
bagian kepada orang lain.
Koinonia sebagai
Persekutuan penuh (absolut)
Dalam Galatia 2: 9, digambarkan
bahwa Paulus dan Bernabas dengan berjabatan tangan sebagai tanda persekutuan
diterima secara penuh dalam persekutuan yang dijadikan oleh iman bersama kepada
Kristus. Tanda hubungan erat antara kedua belah pihak, bahwa mereka bersekutu
dalam Kristus. Jadi koinonia
(persekutuan) mempunyai dasar dan tujuan yang berasal dari Yesus Kristus. Dasar
dan tujuan ini tidak dapat diganti dengan dasar dan tujuan yang lain. Jikalau
persekutuan ini menganti dasar, yang sudah diletakkan oleh dan di dalam Yesus
Kristus maka persekutuan ini kehilangan hakekatnya dan secara azasi bukan
persekutuan (koinonia) lagi. Koinonia adalah persekutuan jemaat di
dalam Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh Kristus. Di
dalam Koinonia ini kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi kita mengambarkan
Injil Kerajaan Allah melalui perkataan/kesaksian (Marturia) maupun perbuatan
/pelayanan (Diakonia) di mana dan kapan saja.
b. Marturia
Berasal dari bahasa Yunani: “Marturia” : Kesaksian. “Marturein”: Bersaksi. Marturein dalam Perjanjian Baru memberi
arti antara lain:
Memberi kesaksian tentang fakta atau
kebenaran (Lukas 24: 48; Matius 23: 31)
Memberi kesaksian baik tentang
seseorang (Lukas 4: 22; Ibr 2: 4)
Membawakan khotbah untuk Pekabaran
Injil (Kis 23:11) di sini bersaksi sebagai istilah pengutusan/Pekabaran Injil.
Meskipun Kita bukanlah saksi mata
dari karya penyelamatan Yesus Kristus, tetapi kitalah saksi keyakinan (iman),
dengan demikian hidup kita harus berdasarkan iman tersebut. Allah mengutus
anak-Nya Yesus Kristus, Kristus pun mengutus murid-murid-Nya ke dalam dunia
(Yoh 20: 21), supaya kabar keselamatan (Injil) diproklamirkan. Tugas ini
diberikan Allah kepada setiap orang yang percaya dengan karunia masing-masing,
agar dapat diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan.
c. Diakonia
(Pelayanan)
Secara harafiah, kata diakonia
berarti memberi pertolongan atau pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan,
penolong, ezer dalam Kej. 2: 18, 20; Mzm. 121: 1. Diakonia dalam bahasa
Ibrani disebut syeret yang artinya melayani. Dalam terjemahan bahasa
Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia (pelayanan), diakonein (melayani),
dan diakonos/diaken (pelayan). Istilah diakonia sebenarnya, sudah
terlihat sejak dari Perjanjian lama. Dalam Kitab Kejadian jelas dikatakan bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada (Ex Nihilo) dan semua yang diciptakan
Allah sungguh amat baik (Kej. 1:10-31).
Dalam Perjanjian Baru, di samping kata-kata ini
terdapat 5 kata lain untuk melayani, masing-masing dengan nuansa dan arti
tersendiri, yang dalam terjemahan-terjemahan Alkitab kita pada umumnya
diterjemahkan dengan kata melayani yaitu:
Douleuein, yaitu
melayani sebagai budak. Kata ini terutama menunjukkan arti ketergantungan dari
orang yang melayani. Orang Yunani sangat tidak menyukai kata ini. Orang baru
menjadi manusia jika ia dalam keadaan bebas. Perjanjian Baru, mula-mula memakai
kata ini dalam arti biasa sesuai dengan keadaan masyarakat pada masa itu. Di
samping itu, kata ini juga mendapat arti religius. Orang Kristen adalah budak
Tuhan Allah atau hamba Kristus Yesus (Rom. 1:1). Itu sesungguhnya merupakan
suatu gelar kehormatan. Seorang Kristen tidak melakukan keinginan dan
rencananya sendiri, tetapi keinginan dan rencana Tuhan Yesus yang telah
melepaskannya dari belenggu dosa dan dengan demikian sudah membebaskannya.
Leitreuein, yaitu
melayani untuk uang. Kata bendanya latreia (pelayanan yang diupah) juga
dipakai dalam pemujaan dewa-dewa. Dalam terjemahan Yunani dalam PL, yaitu
Septuaginta (LXX), kata ini terdapat kurang lebih 90 kali, pada umumnya untuk
melayani Tuhan Allah dan pada khususnya untuk pelayanan persembahan . Juga
dalam Perjanjian Baru, kata ini menunjukkan pelayanan untuk Tuhan Allah atau
dewa-dewa, tidak pernah untuk saling melayani manusia. Roma 12:1 menyebutkan logike
latreia (ibadah yang sejati). Melayani Tuhan dengan tubuh, yaitu dengan
diri sendiri dalam keberadaan yang sebenarnya adalah ibadah yang sesungguhnya
dalam hubungan baru antar Kristus dan manusia.
Leitourgein yaitu dalam
bahasa Yunani digunakan untuk pelayanan umum bagi kesejahteraan rakyat dan
negara. Dalam LXX arti sosial politik ini terutama dipakai di lingkungan
pelayanan di kuil-kuil. Dalam Perjanjian Baru (khususnya surat Ibrani), kata
ini menunjukkan kepada pekerjaan Imam besar Yesus Kristus. Kemudian dalam Roma
15:27 dan 2 Kor. 9:12, kata ini dipakai untuk kolekte dari orang Kristen asal
kafir (suatu perbuatan diakonal) untuk orang miskin di Yerusalem. Dari kata
inilah berasal kata liturgi, yaitu suatu kata ibadah dalam peretemuan jemaat.
Therapeuein yaitu
menggarisbawahi kesiapan untuk melakukan pelayanan ini sebaik mungkin. Kata ini
juga di tempat lain, dipakai sebagai sinonim dari menyembuhkan.
Huperetein yaitu
menunjukkan suatu hubungan kerja terutama relasi dengan orang untuk siapa
pekerjaan itu dilakukan. Kata ini berarti si pelaksana memperhatikan
instruksi si pemberi kerja.
Dari semua kata di atas yang artinya
saling berkaitan, kelompok kata diakonein mempunyai nuansa khusus,
mengenai pelayanan antarsesama yang sangat pribadi sifatnya. Kata-kata tersebut
di atas di sana-sini menunjukkan arti diakonal. Ada hubungan antara liturgi dan
diakonia, sementara therapeuo dalam arti perawatan orang sakit erat kaitannya
dengan apa yang dimaksudkan dengan diakonia.
Secara umum, adapun model-model/ bentuk-bentuk
diakonia dalam gereja terbagi atas tiga jenis, antara lain:
Diakonia Karitatif. Diakonia
karitatif mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan yang bersifat
kedermawanan atau pemberian secara sukarela. Motivasi perbuatan karitatif pada
dasarnya adalah dorongan prikemanusiaan yang bersifat naluriah semata-mata.
Pelayanan gereja terutama pada tindakan-tindakan karitatif atau amal berdasar
pada Mat. 25:31-36. Model ini merupakan model yang dilakukan secara langsung,
misalnya orang lapar diberikan makanan (roti). Diakonia ini didukung dan
dipraktikkan oleh instansi gereja karena dianggap dapat memberikan manfaat
langsung yang segera dapat dilihat dan tidak ada risiko sebab didukung oleh
penguasa. Diakonia jenis ini merupakan produk dan perkembangan dari
industrialisaasi di Eropa dan Amaerika Utara pada abad ke-19.
Diakonia Reformatif atau Pembangunan. Model
diakonia ini lebih menekankan pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah Community
Development seperti pembangunan pusat kesehatan, penyuluhan, bimas,
usaha bersama simpan pinjam, dan lain-lain. Analogi model ini adalah bila ada
orang lapar berikan makanan (roti, ikan) dan pacul atau kail supaya ia tidak
sekedar meminta tetapi juga mengusahakan sendiri. Pada jenis ini, diakonia
tidak lagi sekedar memberikan bantuan pangan dan pakaian, tetapi mulai
memberikan perhatian pada penyelenggaraan kursus keterampilan, pemberian atau
pinjaman modal pada kelompok masyarakat.
Diakonia Transformatif. Dalam
perspektif ini, diakonia dimengerti sebagai tindakan Gereja melayani umat
manusia secara multi-dimensional (roh, jiwa dan tubuh) dan juga multi-sektoral
(ekonomi, politik, cultural, hukum dan agama). Diakonia bukan lagi sekedar
tindakan-tindakan amal (walaupun perlu dan tetap dilakukan) yang dilakukan oleh
Gereja melainkan tindakan-tindakan transformatif yang membawa manusia dengan
sistem dan struktur kehidupannya yang menandakan datangnya Kerajaan Allah. Diakonia
ini bukan hanya berarti memberi makan, minum, pakaian dan lain-lain, tetapi
bagaimana bersama masyarakat memperjuangkan hak-hak hidup. Diakonia
transformatif atau pembebasan boleh digambarkan dengan gambar mata
terbuka. Artinya, diakonia ini adalah pelayanan mencelikkan mata yang buta dan
memampukan kaki seseorang untuk kuat berjalan sendiri.
Demikianlah secara umum uraian
tentang Tugas Panggilan Gereja. Walaupun tugas panggilan tersebut dapat
diuraikan menjadi tiga pokok, namun harus diketahui dan dipahami bahwa ketiga
tugas Panggilan Gereja tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan kata lain, di mana orang percaya
bersaksi dan melayani, di sana pula ia mesti bersekutu, juga sebaliknya. Di
beberapa Gereja ada lagi satu tugas yang biasa disebut, yakni; Didaskhein
(Pengajaran), dalam hal ini adalah Pengajaran Agama Kristen. Tugas yang
satu ini tidak kalah penting dengan tiga tugas panggilan yang disebut di atas.
Pengajaran Agama Kristen adalah juga bagian yang tidak terpisahkan dari ketiga
Tugas Panggilan Gereja (Bersekutu, Bersaksi dan Melayani).
II. PENATALAYANAN / KETATALAYANAN
a. Istilah Penatalayanan
Penatalayanan (stewardship)
berarti pekerjaan menatalayani. Penatalayan adalah orang yang
menatalayani, disebut juga "juru kunci". Ada beberapa contoh
dari Alkitab. Dalam Kejadian 24 diterangkan bahwa Abraham mempunyai orang
kepercayaan untuk mengelola harta dan urusan rumah tangganya, yaitu Eliezer. la
adalah penatalayan atau juru kunci yang mengelola harta dan urusan itu sesuai
dengan kehendak Abraham, pemiliknya. Pekerjaannya disebut penatalayanan. "Mengelola" berasal dari kata
"kelola" yang berarti mengurus, mengatur, menyelenggarakan; orang
dengan tugas itu disebut "pengelola". Penatalayan atau juru kunci ini
disebut juga "kepala rumah" (Kej. 43:16,19; 44:4), "kepala
istana" (Yes. 22:15), "mandur" (Mat. 20:8), "bendahara"
(Luk. 16:1), "bendahara negeri" (Rm. 16:23). Paulus dkk.
menyebut diri sebagai hamba-hamba Kristus yang mendapat kepercayaan mengenai
rahasia Kristus (1 Kor. 4:1-2). Tugas itu harus dilaksanakan dengan jujur.
Seorang penatalayan yang tidak jujur pasti dipecat/diganti (Yes. 22:15-25).
b.
Definisi Penatalayanan
Penatalayanan ialah segala
kebijakan dan tindakan orang percaya dalam mengelola talenta dari Tuhan. Tuhan memanggil
setiap orang Kristen supaya mengelola semua talenta pemberian Tuhan (waktu,
tenaga, pikiran, uang, harta benda dll). Semua orang menerima karunia yang
berbeda-beda. Tidak ada orang yang "kosong". Tuhan memberikan
semua talenta untuk menatalayani pekerjaan-Nya di dunia ini. Pengelolaan itu
harus sesuai dengan kehendak-Nya.
Menatalayani tidak hanya berarti
membagi atau memberikan talenta kita untuk pekerjaan Allah sebagai ucapan
syukur kepada-Nya. Menatalayani juga berarti bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan hidup.
Kemiskinan mengakibatkan keterbatasan dalam menatalayani. Tuhan berjanji untuk
memberikan kebutuhan kita. Janji itu tidak akan terlaksana secara otomatis.
Kita harus menggali dan mencari berkat Tuhan itu dengan bekerja keras. Kita terbuka
untuk memanfaatkan kemajuan iptek dan jasa untuk meningkatkan produktivitas
kerja, seiring dengan modernisasi dan profesionalisasi. Bila kesejahteraan hidup kita
meningkat, kemampuan kita untuk menatalayanan pekerjaan Tuhan di dalam gereja dan
masyarakat juga meningkat.
Setiap
orang percaya dipanggil supaya menjadi kawan sekerja Allah. Allah berkenan
untuk bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk membebaskan dunia ini dari
dosa. Menjadi kawan sekerja-Nya berarti melaksanakan tritugas: bersekutu
(koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia) secara seimbang dan selaras dengan
memakai semua yang kita miliki.
Roh Kudus memimpin setiap orang
percaya menjadi penatalayan. Tugas menatalayani hanya dapat terlaksana dengan
baik apabila kita mendengar dan mengikuti Roh Kudus. Tuhan akan menghukum siapa
saja yang tidak taat menatalayani pekerjaan-Nya atau menggunakan karunia itu
untuk kepentingan sendiri.
c.
Prinsip-Prinsip Penatalayanan
Sebelum kita maju ke pelajaran ini, sangat penting
kita memahami beberapa prinsip penatalayanan:
Prinsip 1 Semuanya
Milik ALLAH - Everything Belongs to
GOD (Mazmur 24:1; Hagai 2:8; Keluaran 19:5).
Prinsip 2 Penatalayanan
adalah mengelola milik orang lain - Stewardship
is the management of the affairs of another (Kejadian 39:1-6).
Prinsip 3 Setiap
orang Kristen adalah penatalayan - Every
Christian is a steward (Matius 25:14-15).
Prinsip 4 Yang
diperlukan dari seorang penatalayan adalah kesetiaan - It is required of stewards that they be found faithful (1 Korintus
4:1-2).
d. Subyek Penatalayanan
Perlu ditegaskan bahwa peran
gereja sebagai lembaga itu tidak menggantikan peran pribadi warga dalam
menatalayani. Setiap warga harus berperan ganda. Artinya, secara pribadi
menjadi menatalayani dalam jemaat dan masyarakat serta bersama-sama dengan
warga lainnya sebagai gereja harus menatalayani pekerjaan Tuhan di dalam jemaat
dan masyarakatnya.
e. Tanggung
Jawab Penatalayanan
Kita mengakui bahwa Allah mahatinggi.
Pengakuan itu harus menjadi "darah daging" kita. Artinya, pengakuan
itu harus menjadi motivasi, mewarnai pikiran, kehendak dan perilaku kita
sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Allah tidak memperlakukan kita sebagai
anak-anak kecil yang bodoh, tak tahu apa-apa. Dia menghendaki supaya kita
bertumbuh mengejar kedewasaan Kristen. Salah satu ciri dalam proses menjadi
dewasa itu ialah tanggung jawab.
Tuhan menghendaki supaya kita menjadi hamba-hamba-Nya
yang taat kepada-Nya. Wujud nyata dari ketaatan itu ialah kesediaan kita untuk
bekerja melayani sesama manusia dengan menggunakan talenta yang kita terima
(harta, waktu, uang, kepandaian dll). Mengaku ber-Tuhan tetapi mengabaikan
sesama itu omong kosong. Allah telah menyiapkan pekerjaan yang baik buat kita
(Ef. 2:10). Mengapa kita harus bekerja? Karena Allah bekerja terus (Yoh.5:17).
Bila tuan bekerja tetapi hamba-hamba-Nya menganggur, tidak benar! Hidup kita
bukan milik kita lagi tetapi milik Kristus. Hidup atau mati adalah untuk Tuhan
(Rm. 14:8). Setiap hari kita berdoa "datanglah
Kerajaan-Mu". Bersama-sama dengan Allah, kita harus bekerja agar
pengharapan itu menjadi kenyataan yang sempurna.
Orang
Kristen sebagai orang kepercayaan Allah seharusnya selalu dekat dengan Allah
seperti hamba dekat dengan tuannya. Hubungan
pribadi yang dekat membuat orang Kristen makin memahami kehendak Allah
seperti hamba yang makin memahami kehendak dan rencana tuannya. Hubungan
seperti itu juga membuat orang Kristen makin pandai melayani Tuhan.
Sasaran pekerjaan Allah yang besar ini adalah seluruh umat manusia
dan dunia. Yesus adalah teladan orang Kristen dalam menatalayani sebab la
datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk. 10:-45). Kelak Tuhan meminta
setiap orang Kristen mempertanggungjawabkan
uangnya, waktunya, hartanya, kemampuannya dan lainnya. "Demikianlah
setiap orang di antara kita akan memberi pertanggunganjawab tentang dirinya
sendiri kepada Allah" (Rm. 14:12).
Orang
Kristen harus mewaspadai godaan dalam menatalayani. Di antaranya, godaan
memakai uang, harta, kekayaan, kepandaian untuk kesukaan dan kenikmatan dirinya
sendiri. Talenta tidak hanya dapat menjadi alat menatalayani
tetapi juga dapat mencelakakan. Bila kita setia
dalam hal yang kecil, Tuhan akan memperbesar kepercayaan-Nya (bnd. Mat. 25:21).
Mativasi (dorongan) dalam
melayani atau menatalayani itu sangat penting. Motivasi itu menentukan
semangat, suasana dan seringkali hasil-hasilnya. Motivasi yang benar dilandasi
dengan:
Rasa syukur dan mengasihi
Tuhan karena Dia telah lebih dahulu mengasihi kita. Siapa yang benar-benar
mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesamanya baik dengan perkataan, perbuatan
maupun kebenaran (1 Yoh. 3:18).
Memuliakan Allah dalam segala
sesuatu karena Yesus Kristus yang empunya kemuliaan dan kuasa selama-lamanya (1
Ptr. 4:10-11).
Kalau ada motivasi yang benar, tentu ada motivasi yang
salah. Motivasi yang salah itu di antaranya karena merasa wajib, karena
dibayar, karena keuntungan, karena utang budi, ambisi, ingin menonjolkan diri.
Orang Kristen yang menatalayani dengan motivasi yang salah ini tidak akan
memiliki sukacita melayani, gampang frustrasi atau bahkan putus asa. Mereka
yang bekerja demi gaji, semangatnya akan segera kendur atau lari bila upahnya
tidak terpenuhi. Hasil
pekerjaannya pun tidak membawa kemajuan bahkan mungkin morat-marit atau
mendatangkan bencana.
1.
Penatalayanan Injil
Penatalayanan Injil itu bukan
hanya mengenai berita kesukaan tentang pengampunan atau keselamatan dalam
Yesus, tetapi juga perintah kepada siapa saja yang menerimanya supaya
memberitakannya kepada semua orang. Tugas pemberitaan ini berhubungan erat
dengan tugas melayani. Paulus menyebut tugas itu sebagai "pelayanan pendamaian"
(2 Kor. 5:17-20). Dengan demikian jelas bahwa pemberitaan itu menjadi
tanggung jawab setiap orang Kristen,
pria dan wanita segala umur. Rasul Paulus mengingatkan: "Beritakanlah
firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang
salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajamn" [2 Tim.
4:2). Bila ada orang yang berpendapat bahwa tugas tersebut
adalah tugas Pendeta atau Majelis saja, pendapat itu salah. Tugas itu menjadi
kewajiban semua orang Kristen.
2.
Penatalayanan
Talenta / Bakat
Bacalah Matius 25:12-30
Apakah yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya? – Talenta
Apakah setiap pelayan menerima talenta? - Ya
Apakah setiap pelayan menerima jumlah talenta yang
sama? – Tidak.
Apa dasar Tuhan untuk menyalurkan tanggung jawab
kepada hamba-Nya? – Kepercayaan.
Menurut ayat 19, Apa yang Tuhan lakukan ketika Dia
datang kembali? – Meminta pertanggungan jawab.INI PENTING - Jangan menilai
tindakan kita dengan apa yang orang lain lakukan tetapi lakukan sesuai talenta
yang telah Tuhan berikan!
Apa yang Tuhan katakan kepada pelayan yang baik? - Membuatnya berkuasa atas yang lain.
Mari kita jawab dan renungkan beberapa pertanyaan
berikut ini:
Apakah saya telah diberikan setidaknya satu talenta?
Apakah saya menggunakan talenta saya untuk Kristus?
Apakah saya harus memberi pertanggunganjawab talenta
saya kepada Tuhan?
Apa yang akan terjadi jika saya menyalahgunakan
talenta saya?
Haruskah saya kuatir tentang berapa banyak talenta
yang telah diberikan?
Bacalah 1 Korintus 12:12-27. Sekarang kita adalah anggota dari tubuh Kristus (gereja). Setiap anggota gereja adalah seperti bagian dari tubuh manusia.
Bacalah 1 Korintus 12:12-27. Sekarang kita adalah anggota dari tubuh Kristus (gereja). Setiap anggota gereja adalah seperti bagian dari tubuh manusia.
Kita
masing-masing tidak sama (ayat 19).
Allah
telah menempatkan kita di gereja ini untuk fungsi tertentu (ayat 18).
Setiap
anggota gereja diperlukan (ayat 22).
3.
Penatalayanan
Kesaksian
Selanjutnya,
kita harus mencamkan bahwa bersaksi itu melibatkan
seutuh kehidupan kita, lahir batin, tidak cukup dengan kata-kata.
Bersaksi berarti menunjukkan kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Melayani berarti
mewujudnyatakan kasih Allah itu kepada sesama.
Filipi
2:15 - Kita harus bercahaya di tengah-tengah dunia.
Matius
5:14-16 - Kita harus menjadi terang yang terbuka bagi semua orang.
1
Petrus 3:15 - Kita harus selalu siap membawa orang lain kepada Kristus.
4.
Penatalayanan
Waktu
Waktu adalah sumber daya kita yang paling berharga
hari ini. Waktu kita adalah milik Allah. Mau atau tidak mau,
pada saatnya kita harus mati. Hal itu karena kita tidak menguasai waktu, tidak
dapat memperpanjang umur. Tuhan memberikan waktu 24 jam/hari supaya kita hargai
dan kelola secara bertanggung jawab.
Dalam perumpamaan
gadis-gadis yang bijaksana dan yang bodoh (Mat. 25:1-13), kita mendapat contoh
orang-orang yang menghargai dan mengelola waktu secara bertanggungjawab serta
yang tidak. (lih. juga perumpamaan orang kaya yang bodoh, Luk. 12:1-12). Tuhan
menyuruh supaya kita menghargai dan menggunakan waktu sesuai dengan kehendak
Tuhan. "Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah
jahat" (Ef. 5:16, lih. 1 Tim. 4:2).
Dalam
bahasa Yunani ada dua istilah tentang waktu. Yaitu "khronos" dan
"kairos". Khronos ialah jangka waktu, periode atau masa
tertentu. Kairos adalah waktu yang tepat. Kalau disia-siakan kita akan
merugi, kairos itu hilang. Demikian juga secara umum, waktu yang disia-siakan
hilang begitu saja. Jarum jam tidak berputar mundur. Paulus mengatakan:
"... supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati" (Rm. 12:1). Maksudnya, supaya kita mempersembahkan seluruh
kehidupan dan kemampuan lahir batin kita kepada Tuhan. Hidup ini harus menjadi
persembahan karena Allah telah mengasihi kita. Segala kemampuan itu harus kita
pergunakan untuk melayani Tuhan.
5.
Penatalayanan Uang
Semua uang yang kita miliki dan peroleh adalah
bersumber dari Allah - ALL the money you
have and receive IS FROM GOD and IS GOD’S. Ulangan 8:18 - Meskipun kita
mendapatkan uang melalui kerja, ayat ini memberitahu kita bahwa “LORD THY GOD”.
TUHAN-lah yang memberi kita kekuatan untuk mendapatkan uang.
Titik tolak dalam penatalayanan uang adalah
persepuluhan. Dalam laporan singkat tampak jelas bahwa Abraham memberikan
pesepuluhan kepada Melkisedek sebagai pengakuan bahwa Allah Yang Mahatinggi
telah menaklukkan musuh-musuhnya. Ide ini menyatakan bahwa persepuluhan
diberikan kepada wakil dari seseorang yang berada dalam posisi kepemilikan?
(Baca: Ibrani 7:2; Ulangan 26:1-10; 14:22).
halo kak, kalau boleh tau refrensi nya dari mana saja ya?
BalasHapus