SURAT 1 TIMOTIUS
1. Latar Belakang
A.
Penulisan
Ketika makin gencar study biblika, yang
antara lain melahirkan apa yang di sebut teori-teori kritik seperti kritik
bahasa (linguistic criticism), kritik
naskah (textual criticism), kritik
sastra (literasi criticism), kritik
bentuk (form criticism), kritik
redaksi (redaction criticism), kritik
sejarah (historical criticism), maka
keaslian mengenai Paulus sebagai penulis Surat 1 Timotiuspun di persoalkan
(demikianpun dengan banyak kitab / surat lainnya dalam Alkitab). Jadi telah
timbul pemikiran kritis mengenai siapa sebenarnya penulis surat-surat
Perjanjian Baru pada umumnya dan pada khususnya surat-surat Pastoral 1,2
Timotius serta Titus (selain Surat kepada Filemon yang kuat dugaan di tulis
oleh Paulus). Hal yang menjadi alasan adalah menyangkut gaya bahasa, kosa kata
dan gagasan yang terdapat di dalamnya, yang kelihatannya berbeda antara Surat
yang satu dengan yang lainnya (termasuk 1 Timotius ini). Lalu muncul pertanyaan
apakah Surat 1 Timotius ini asli berasal dari Paulus atau bukan. Tapi pada lain
pihak, alasan-alasan yang menunjang bahwa Pauluslah yang menulisnya. Sehubungan
dengan surat ini, disimpulkan: Paulus penulisnya (entah dengan mengunakan
tangannya atau tangan orang lain) lalu mengirimkannya dari makedonia kepada
Timotius di Efesus. Kalau demikian ini terjadi kira-kira tahun 63.
B.
Alamat
Surat ini tidak di alamatkan secara
keseluruhan, melainkan kepada seorang yang bernama Timotius, sehingga disebut
sebagai surat pastoral. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, hubungan Paulus
dengan Timotius menjadi senagat akrab seperti hubungan seorang anak dan bapaknya (Filipi 2:22 “… ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak
menolong bapaknya”). Menurut 1:1-2, Paulus menyampaikan Surat ini kepada
Timotius, anaknya yang sah dalam Iman. Timotius di sapa oleh Paulus sebagai
“anakku yang sah dalam iman” yang bisa berarti “anakku yang sejati dalam iman”.
Ini mengindikasikan bahwa Timotius telah percaya kepada Yesus Kristus, menjadi
Kristen karna pemberitaan Injil oleh Paulus. Dalam Kisah Para Rasul 16:1-3
menjelaskan bahwa Timotius sendiri dilahirkan di kota Listra dari seorang ayah
berkebangsaan Yunani dan ibu, bernama Eunike, berkebangsaan Yahudi. Ia kemudian
di didik dalam adat istiadat Yahudi sekaligus kepadanya di ajarkan Kitab Suci
(Hebrew Bible) sejak masih kecil, jadi kelihatan bahwa pada waktu penulisan
Surat ini Timotius sedang berada atau ditugaskan Paulus di Efesus. Tentang
pribadi Timotius yang menjadi alamat surat ini, ternyata adalah seorang pemalu
sehingga terhadap orang-orang di korintus, kepada siapa Timotius (pernah) di
utus, Paulus mintakan supaya mereka jangan meremehkannya atau menghinanya.
C.
Situasi dan
Kondisi Sosial
Bila mencermati
surat ini, maka kelihatan situasi dan kondisi sosial jemaat efesus yang tengah
dilayani Timotius pada masa itu. Dari segi usia, jemaat Efesus sudah cukup
“tua” sebab di bangun dalam masah penginjilan pertama oleh Paulus, (kisah
19-20). Karenanya juga perlu tetap di tata (perorganisasian/institusionalisasi)
melalui para Penatua dan diaken (syamas). Seiring dengan pertumbuhan jemaat,
ternyata telah muncul pula orang yang memberitakan penginjilan sesat, mengenai
situasi (akan) muncul pengajar sesat di efesus, sudah di prediksi atau di
nubuatkan oleh Paulus sebelumnya (dalam pasal 4:1-16). Hal ini selain di
sampaikan melalui surat kepada Timotius di Efesus, tetapi juga ia sudah
sampaikan sebelumnya yakni ketika secara langsung melayani mereka, itu jelas
dalam Kisah 20: 29-30.
2.
Inti Surat
A.
Maksud
Timotius telah cukup lama mengikutiu
Paulus dalam penginjilannya di asia kecil. Dalam perjalanan inilah, timotius di
tugaskan Paulus supaya menetap di Efesus, untuk melanjutkan pembinaan termasuk
pengorganisasian jemaat-jemaat di sana (3:1-13) juga untuk mengatasi persoalan
akibat munculnya ajaran-ajaran lain atau sesat. Sekalipun surat ini bersifat pribadi
(pastoral), tapi hal yang di bahas Paulus adalah menyangkut persoalan
kegerejaan (jadi bukan persoalan pribadi semata).
Sebagai
surat pastoral, Paulus bermaksud memberi petunjuk-petunjuk praktis teologis
kepada Timotius demi menangani tugas-tugas kejemaatan. Paulus bermaksud supaya
timotius memiliki pegangan tertulis yang mempunyai wibawa Rasuli dalam meminpin
lembanga jemaat di Efesus. Menurut Rasul Paulus, ini penting sebab akan berguna
baik bagi timotius sendiri maupun kelancaran pekerjaan pelayan selanjutnya di
jemaat itu. Ini juga di maksudkan sebagai persiapan bagi Timotius agar cakap
bila nanti menggantikan atau melanjutkan misi Paulus, apalagi mengingat usia
Paulus yang semakin tua ketika itu. Barangkali Paulus mengingatkan kepada
Timotius supaya apa yang menjadi maksud atau apa yang telah di pesankannya,
harus selalu diingat atau di perhatikannya terutama mengenai tanggung jawab
tugasnya. Paulus mengingatkan Timotius bertekun dalam tugas atau tanggung jawab
atas panggilan tugas dalam jemaatnya. Paulus menyuratinya untuk membesarkan
hati dan menegukannya serta mendorong dia agar sanggup menerima tugas berat
yang dilimpakan Paulus kepadanya sampai akhir hayatnya. Paulus berharap
Timotius memelihara apa yang telah di ajarkan, teladankan atau pertarukan
kepadanya, yakni : nasiahat, perintah atau ajaran yang benar (1 Tim. 1:3,5,18,
4:11, 5:7, 6:20-21).
B.
Masalah Sosial /
Teologi
Dalam rangka
memantapkan institusi jemaat, pada satu pihak membutukan orang-orang cakap.
Tapi pada lain pihak ada orang yang ingin memegang pimpinan, padahal tanpa di
dukung oleh iman dan moralitas yang sepadan. Selain itu terdapat pimpinan
ibadah (pejabat jemaat) yang mencari keuntungan finansial secara tidak sehat
dari kegiatan ibadah itu sendiri. Selain itu muncul para pengajar sesat atau
guru-guru gnostik yang mengganggu jemaat.
Masalah lain dalam jemaat adalah kenyataan di mana jemaat
secara umum berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani atau Injili.
Demikian pula masal-masalah sosial seperti: mencari-cari persoalan, dengki,
percinderaan, fitnah, curiga yang tidak sehat, percekcokan, tidak berpikir
sehat, gila harta (1 tim. 6:2b-10). Hal seperti ini memang merupakan salah satu
fenomena masyarakat kota, termasuk masyarakat Efesus, sebuah kota besar, ibu kota
provinsi Kekaisaran Romawi di Asia ketika itu. Masalah penting lainnya adalah:
kurang harmonisnya antara tuan dengan hamba, ataupun pandangan negatif jemaat
terhadap pemerintahan Romawi.
Masalah lain adalah menyangkut masalah fisik Timotius. Selaku
pengantar jemaat, Timotius sering mengalami sakit atau kelemahan akibat
gangguan kesehatan yang sangat mungkin menghambat dalam menjalankan tugasnya.
C.
Gagasan Teologi
/ Solusi
Terhdap
munculnya ajaran sesat oleh para pengajar palsu, Paulus menugaskan Timotius
supaya ia tetap setia, semakin rajin dan terus bertekun dalam mengajar jemaat.
Gagasan Paulus adalah supaya Timotius melakukan pengajaran bukan hanya secara
verbal saja, tetapi juga secara nyata.
Gagasan lain
adalah supaya Timotius menata peribadatan secara tertip. Ia harus mengatur
peran dan kegiatan laki-laki, supaya mereka jangan pemarah, jangan suka
berselisi dan hendaknya hidup dalam kesucian. Kaum perempuan hendaknya hidup
secara sopan dan sederhana, serta berdandan dengan perbuatan baik. Demikian
pula petunjuk bagaimana warga jemaat harus berperilaku Kristianai dalam
kehidupan sosial sehari-hari; perilaku
jemaat secara umum; perilaku orang tua dan muda (5:1-2), perilaku para janda
(5:3-16), perilaku para budak dan tuan (6:1-2a) serta perilaku orang kaya
(6:9-10, 17-19), yang semuanya harus di arakan, di bina secara Injili oleh
Timotius. Ia harus mewujudkannya secara lemah lembut dengan wibawa Rasuli.
Mengenai jabatan
atau pelayan-pelayan gereja atau jemaat harus di atur secara arif dan bijak.
Untuk mencega agar orang-orang yang tidak pantas jangan menduduki jabatan itu,
maka Paulus memberikan kriteria, sehingga Timotius selektif menentukannya.
Sikap dan sifat yang seharusnya bagi penatua di kemukakan dalam (3:1-7,
5:17-25) sedang sifat serta sikap yang seharusnya bagi diaken di kemukakan
dalam 3:8-14. Menjamin istila “succesio
apostolica” (pewarisan jabatan rasuli), dalam hubungan dengan “jabatan”
ini, kami menyebut:
1.
Yesus Kristus
telah mempercayakan tugas Penginjilan kepada Paulus yang juga harus di
lanjutkan Timotius (1:11-12),
2.
Paulus meneruskannya
kepada Timotius (1:18), dengan maksud supaya Timotius memeliharanya sekaligus
meneruskannya kepada orang lain.
3.
Paulus yakin
bahwa Yesus Kristus juga akan memeliharakan Injil yang di percayakannya dalam
diri Timotius (2 Tim. 1:12),
4.
Timotius harus
meneruskannya juga kepada orang lain yang setia (5:22), supaya merekapun bisa
mengajarkannya kepada orang lain atau warga jemaat (2 Tim. 2:2).
Demian uraian mengenai surat pastoral Paulus kepada
Timotius, khususnya Surat 1 Timotius.
Kesimpulan
Timotius adalah Surat Pastoral. yang kebanyakan
membicrakan tentang keadaan Timotius itu sendiri dan jemaat, walaupun tidak di
ketahui dengan pasti tentang penulisnya apakah Paulus atau bukan tetapi yang
harus dilihat adalah isi dari surat ini yang masih relevan hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar