Jumat, 03 Maret 2017

Penjelasan Tentang Surat 1 Timotius



SURAT 1 TIMOTIUS
1.      Latar Belakang
A.    Penulisan
Ketika makin gencar study biblika, yang antara lain melahirkan apa yang di sebut teori-teori kritik seperti kritik bahasa (linguistic criticism), kritik naskah (textual criticism), kritik sastra (literasi criticism), kritik bentuk (form criticism), kritik redaksi (redaction criticism), kritik sejarah (historical criticism), maka keaslian mengenai Paulus sebagai penulis Surat 1 Timotiuspun di persoalkan (demikianpun dengan banyak kitab / surat lainnya dalam Alkitab). Jadi telah timbul pemikiran kritis mengenai siapa sebenarnya penulis surat-surat Perjanjian Baru pada umumnya dan pada khususnya surat-surat Pastoral 1,2 Timotius serta Titus (selain Surat kepada Filemon yang kuat dugaan di tulis oleh Paulus). Hal yang menjadi alasan adalah menyangkut gaya bahasa, kosa kata dan gagasan yang terdapat di dalamnya, yang kelihatannya berbeda antara Surat yang satu dengan yang lainnya (termasuk 1 Timotius ini). Lalu muncul pertanyaan apakah Surat 1 Timotius ini asli berasal dari Paulus atau bukan. Tapi pada lain pihak, alasan-alasan yang menunjang bahwa Pauluslah yang menulisnya. Sehubungan dengan surat ini, disimpulkan: Paulus penulisnya (entah dengan mengunakan tangannya atau tangan orang lain) lalu mengirimkannya dari makedonia kepada Timotius di Efesus. Kalau demikian ini terjadi kira-kira tahun 63.
B.     Alamat
Surat ini tidak di alamatkan secara keseluruhan, melainkan kepada seorang yang bernama Timotius, sehingga disebut sebagai surat pastoral. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, hubungan Paulus dengan Timotius menjadi senagat akrab seperti hubungan seorang anak dan  bapaknya (Filipi 2:22 “… ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapaknya”). Menurut 1:1-2, Paulus menyampaikan Surat ini kepada Timotius, anaknya yang sah dalam Iman. Timotius di sapa oleh Paulus sebagai “anakku yang sah dalam iman” yang bisa berarti “anakku yang sejati dalam iman”. Ini mengindikasikan bahwa Timotius telah percaya kepada Yesus Kristus, menjadi Kristen karna pemberitaan Injil oleh Paulus. Dalam Kisah Para Rasul 16:1-3 menjelaskan bahwa Timotius sendiri dilahirkan di kota Listra dari seorang ayah berkebangsaan Yunani dan ibu, bernama Eunike, berkebangsaan Yahudi. Ia kemudian di didik dalam adat istiadat Yahudi sekaligus kepadanya di ajarkan Kitab Suci (Hebrew Bible) sejak masih kecil, jadi kelihatan bahwa pada waktu penulisan Surat ini Timotius sedang berada atau ditugaskan Paulus di Efesus. Tentang pribadi Timotius yang menjadi alamat surat ini, ternyata adalah seorang pemalu sehingga terhadap orang-orang di korintus, kepada siapa Timotius (pernah) di utus, Paulus mintakan supaya mereka jangan meremehkannya atau menghinanya.
C.     Situasi dan Kondisi Sosial
Bila mencermati surat ini, maka kelihatan situasi dan kondisi sosial jemaat efesus yang tengah dilayani Timotius pada masa itu. Dari segi usia, jemaat Efesus sudah cukup “tua” sebab di bangun dalam masah penginjilan pertama oleh Paulus, (kisah 19-20). Karenanya juga perlu tetap di tata (perorganisasian/institusionalisasi) melalui para Penatua dan diaken (syamas). Seiring dengan pertumbuhan jemaat, ternyata telah muncul pula orang yang memberitakan penginjilan sesat, mengenai situasi (akan) muncul pengajar sesat di efesus, sudah di prediksi atau di nubuatkan oleh Paulus sebelumnya (dalam pasal 4:1-16). Hal ini selain di sampaikan melalui surat kepada Timotius di Efesus, tetapi juga ia sudah sampaikan sebelumnya yakni ketika secara langsung melayani mereka, itu jelas dalam Kisah 20: 29-30.

2.      Inti Surat
A.    Maksud
Timotius telah cukup lama mengikutiu Paulus dalam penginjilannya di asia kecil. Dalam perjalanan inilah, timotius di tugaskan Paulus supaya menetap di Efesus, untuk melanjutkan pembinaan termasuk pengorganisasian jemaat-jemaat di sana (3:1-13) juga untuk mengatasi persoalan akibat munculnya ajaran-ajaran lain atau sesat. Sekalipun surat ini bersifat pribadi (pastoral), tapi hal yang di bahas Paulus adalah menyangkut persoalan kegerejaan (jadi bukan persoalan pribadi semata).
      Sebagai surat pastoral, Paulus bermaksud memberi petunjuk-petunjuk praktis teologis kepada Timotius demi menangani tugas-tugas kejemaatan. Paulus bermaksud supaya timotius memiliki pegangan tertulis yang mempunyai wibawa Rasuli dalam meminpin lembanga jemaat di Efesus. Menurut Rasul Paulus, ini penting sebab akan berguna baik bagi timotius sendiri maupun kelancaran pekerjaan pelayan selanjutnya di jemaat itu. Ini juga di maksudkan sebagai persiapan bagi Timotius agar cakap bila nanti menggantikan atau melanjutkan misi Paulus, apalagi mengingat usia Paulus yang semakin tua ketika itu. Barangkali Paulus mengingatkan kepada Timotius supaya apa yang menjadi maksud atau apa yang telah di pesankannya, harus selalu diingat atau di perhatikannya terutama mengenai tanggung jawab tugasnya. Paulus mengingatkan Timotius bertekun dalam tugas atau tanggung jawab atas panggilan tugas dalam jemaatnya. Paulus menyuratinya untuk membesarkan hati dan menegukannya serta mendorong dia agar sanggup menerima tugas berat yang dilimpakan Paulus kepadanya sampai akhir hayatnya. Paulus berharap Timotius memelihara apa yang telah di ajarkan, teladankan atau pertarukan kepadanya, yakni : nasiahat, perintah atau ajaran yang benar (1 Tim. 1:3,5,18, 4:11, 5:7, 6:20-21).
B.     Masalah Sosial / Teologi
Dalam rangka memantapkan institusi jemaat, pada satu pihak membutukan orang-orang cakap. Tapi pada lain pihak ada orang yang ingin memegang pimpinan, padahal tanpa di dukung oleh iman dan moralitas yang sepadan. Selain itu terdapat pimpinan ibadah (pejabat jemaat) yang mencari keuntungan finansial secara tidak sehat dari kegiatan ibadah itu sendiri. Selain itu muncul para pengajar sesat atau guru-guru gnostik yang mengganggu jemaat.
      Masalah lain dalam jemaat adalah kenyataan di mana jemaat secara umum berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani atau Injili. Demikian pula masal-masalah sosial seperti: mencari-cari persoalan, dengki, percinderaan, fitnah, curiga yang tidak sehat, percekcokan, tidak berpikir sehat, gila harta (1 tim. 6:2b-10). Hal seperti ini memang merupakan salah satu fenomena masyarakat kota, termasuk masyarakat Efesus, sebuah kota besar, ibu kota provinsi Kekaisaran Romawi di Asia ketika itu. Masalah penting lainnya adalah: kurang harmonisnya antara tuan dengan hamba, ataupun pandangan negatif jemaat terhadap pemerintahan Romawi.
      Masalah lain adalah menyangkut masalah fisik Timotius. Selaku pengantar jemaat, Timotius sering mengalami sakit atau kelemahan akibat gangguan kesehatan yang sangat mungkin menghambat dalam menjalankan tugasnya.
C.     Gagasan Teologi / Solusi
Terhdap munculnya ajaran sesat oleh para pengajar palsu, Paulus menugaskan Timotius supaya ia tetap setia, semakin rajin dan terus bertekun dalam mengajar jemaat. Gagasan Paulus adalah supaya Timotius melakukan pengajaran bukan hanya secara verbal saja, tetapi juga secara nyata.
Gagasan lain adalah supaya Timotius menata peribadatan secara tertip. Ia harus mengatur peran dan kegiatan laki-laki, supaya mereka jangan pemarah, jangan suka berselisi dan hendaknya hidup dalam kesucian. Kaum perempuan hendaknya hidup secara sopan dan sederhana, serta berdandan dengan perbuatan baik. Demikian pula petunjuk bagaimana warga jemaat harus berperilaku Kristianai dalam kehidupan sosial sehari-hari;  perilaku jemaat secara umum; perilaku orang tua dan muda (5:1-2), perilaku para janda (5:3-16), perilaku para budak dan tuan (6:1-2a) serta perilaku orang kaya (6:9-10, 17-19), yang semuanya harus di arakan, di bina secara Injili oleh Timotius. Ia harus mewujudkannya secara lemah lembut dengan wibawa Rasuli.
Mengenai jabatan atau pelayan-pelayan gereja atau jemaat harus di atur secara arif dan bijak. Untuk mencega agar orang-orang yang tidak pantas jangan menduduki jabatan itu, maka Paulus memberikan kriteria, sehingga Timotius selektif menentukannya. Sikap dan sifat yang seharusnya bagi penatua di kemukakan dalam (3:1-7, 5:17-25) sedang sifat serta sikap yang seharusnya bagi diaken di kemukakan dalam 3:8-14. Menjamin istila “succesio apostolica” (pewarisan jabatan rasuli), dalam hubungan dengan “jabatan” ini, kami menyebut:
1.      Yesus Kristus telah mempercayakan tugas Penginjilan kepada Paulus yang juga harus di lanjutkan Timotius (1:11-12),
2.      Paulus meneruskannya kepada Timotius (1:18), dengan maksud supaya Timotius memeliharanya sekaligus meneruskannya kepada orang lain.
3.      Paulus yakin bahwa Yesus Kristus juga akan memeliharakan Injil yang di percayakannya dalam diri Timotius (2 Tim. 1:12),
4.      Timotius harus meneruskannya juga kepada orang lain yang setia (5:22), supaya merekapun bisa mengajarkannya kepada orang lain atau warga jemaat (2 Tim. 2:2).
Demian uraian mengenai surat pastoral Paulus kepada Timotius, khususnya Surat 1 Timotius.


Kesimpulan
Timotius adalah Surat Pastoral. yang kebanyakan membicrakan tentang keadaan Timotius itu sendiri dan jemaat, walaupun tidak di ketahui dengan pasti tentang penulisnya apakah Paulus atau bukan tetapi yang harus dilihat adalah isi dari surat ini yang masih relevan hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar