AJARAN TENTANG
KELEPASAN MOKSA
Ajaran
tentang Moksa atau kelepasan merupakan tujuan akhir dari filsafat Samkya. Hidup
di dunia ini adalah campuran antara senang dan susah. Banyak kesenangan dapat
dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang diderita orang. Bila seseorang
dapat menghindar dari kesusahan dan sakit, maka ia dapat menghindarkan diri
dari ketentuan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam hidup ini, yaitu :
Adhyatmika, Adibhautika dan Adidaivika. Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya
dari dalam badan sendiri seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan
gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan jasmani dan rohani
seperti sakit kepala, takut marah dan sebagainya. Adibhautika adalah sakit
(Vyadhi) yang disebabkan oleh faktor ,luar tubuh, seperti terpukul, kena
gigitan nyamuk dan sebagainya. Adidaiwika adalah penyakit (Vyadhi) yang
disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dan lain-lainnya. Tidak
seorangpun yang ingin menderita sakit semuanya ingin hidup bahagia. Lepas dari
susah dan sakit tetapi kenyataanya tidaklah demikian. Selama orang masih
berbadan lemah, selama itu sukha dan dukha, sakit dan sehat selalu berdampingan.
Dengan demikian itu suka dan dukha. Sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan
demikian tidak perlu bercita-cita hidup yang menyenangkan terus, cukup hidup
yang normal, biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan penderitaan atas dasar
pikiran yang sehat. Dalam ajaran Samkhya kelepasan itu adalah penghentian yang
sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terkhir dari hidup kita.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup kita, namun tidak dapat
melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya. Samkhyamengajarkan bahwa cara
mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan
dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang menyababkan seseorang menderita.
Dalam banyak hal orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum
alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan.
Berbeda halnya dengan orang-orang berpengetahuan akan menerima dan menikmati
kenyataan hidup ini. Namun karena pengetahuan terhadap kenyataan itu tidak
sempurna, maka ia tidak sepenuhnya lepas dari penderitaan. Kelepasan itu hanya
akan dicapai bila pengetahuan terhadap kenyataan itu sudah sempurna.
Menurut
Samkhya Roh ( Purusa ) itu bukan badan, dan badan selalu ingin dipuakan.
Menyamakan roh dengan badan adalah kebodohan, kebodohan adalah akar
penderitaan. Kelepasan tercapai bila seseorang menydari perbedaan itu. Untuk
mencapai bila seseorang menyadari perbedaan itu. Untuk menyadari hal itu
denagan sempurna perlu latihan rohani dan renungan kebatinan yang terus
menerus. Ajaran tentang hal ini diuraikan dalam ajaran Yoga[3]. Dua macam
kelepasan itu, yaitu Jiwanmukti, yakni kelepasan Roh selama hidup ini, dan
Widehamukti, yakni kelepasan ( Moksa ), terlepasnya Atman (roh) dari ikatan
badan kasar dan badan halus ( Sthula dan Suksma sarira ). Inilah tujuan
filsafat Samkhya. Pertemuan Purusa dengan Prakrti disebut Samyoga, Purusa
merupakan sinarnya Prakrti disebut Bhokta. Dan Sifat Prakrti yang tidak pernah
diam disebut Samyawastha. Kebodohan disebut Awiweka dan pengetahuan untuk
membedakan Purusa dan Prakrti (Roh dan badan, yang kekal dan yang
sementara/Ksanika)disebut Wiwekajnana. Inilah ajaran yang mendasar dalam
Samkhya.
Tugas
manusia adalah berbuat sedemikian rupa, sehingga jiwanya dapat kembali kepada
asalnya (Tuhan). Jalan kelepasan ada tiga; Pertama, Jnana-Marga. Jalan
kelepasan melalui pengetahuan akan kebenaran yang tertingggi. Kedua,
Bhakti-Marga. Jalan kelepasan dengan melalui kasih dan pemujaan kepada Purusa
yang tertinggi. Ketiga, Karma-Marga. Jalan kelepasan dengan penaklukan kehendak
sendiri kepada tujuan Tuhan[4].
Ketiga
jalan kelepasan ini sama-sama menuju satu tujuan, yaitu kelepasan. Orang
mendapatkan kelepasan melalui segala segi kesadaran hidup. Tak ada perbedaan
mutlak antara jalan-jalan itu. Ini disebabkan kehudupan ilahiyah yang tak
terpisah-pisah adanya.
Tuhan
adalah Sat (kenyataan), Cit (kebenaran), Ananda (kebahagiaan). Tuhan yang
demikian itu menyatakan dirinya sebagai terang yang kekal bak matahari pada
tengah hari kepada orang-orang yang mencari pengetahuan. Tetapi ia menyatakan
diri sebagai keadilan yang kekal kepada mereka yang bergumul bagi kebajikan.
Akhirnya Tuhan menyatakan diri sebagai kasih keindahan, kesucian yang kekal
kepada mereka yang mencarinya dengan kasih dan pemujaan.
Sebagaimana
Tuhan mempersatukan di dalam dirinya sendiri hikmat, kebaikan dan kesucian,
demikianlah manusia harus menuju kepada
hidup rohani yang tak terpisah. Dengan demikain, kelepasan terdiri dari
persekutuan jiwa dengan jiwa tertinggi, yaitu menyaksikan, mengalami dan menghayati
hidup ilahi[5]. (Harun Hadiwijoni, 1982:29-30)
Tujuan
Akhir Ajaran Samkhya
Tujuan
akhir dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan[6]. Kelepasan dapat dicapai oleh
seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam
pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseoarng belum menyadari hal itu,
maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami kelahiran
yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelaepasan adalah melalui pengetahuan
yang benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan
purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan demikian
samkhya menekankan pada jalan jnanadalam wujud wiweka dan kebijaksanaan untuk
melepaskan purusa dari jebakan prakerti.
Perbandingan Agama
Kristen Protestan
Dengan
Ajaran
Kelepasan
Moksa Hindu
Perbandingan tentang keterkaitan
agama Kristen hanyalah Salah satu
kejadian paling awal dalam pelayanan Yesus adalah pelayanan mengusir roh-roh
jahat. Dan pelayanan ini justru dilakukan disebuah rumah ibadat di Kapernaum
(Mrk 1: 21-26). Hal ini menyatakan bahwa orang yang kerasukan roh jahat itu
biasa beribadah dirumah ibadat tersebut. Namun rupanya tidak seorangpun
mengetahui bahwa ia membutuhkan kelepasan dari roh jahat. Urapan Roh Kudus atas
diri Yesus telah memaksa roh jahat itu muncul. lalu
pergilah Ia keseluruh Galilea dan memberitakan injil dalam rumah-rumah ibadat
mereka dan mengusir setan. Markus 1:39 Orang-orang yang dilayani Yesus sebagian
besar adalah orang-orang Yahudi yang taat beribadah dan setiap hari sabat
berkumpul dirumah ibadat. Dan yang perlu diingat bahwa peraturan etika dan
moral dikalangan Yahudi pada masa Yesus didasarkan pada sepuluh perintah Allah
dan taurat Musa.
Ini artinya sebagian besar dari mereka kemungkinan memiliki
pola hidup lebih baik dari sebagian besar masyarakat kita dewasa ini. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kristen sekarang inipun
terdapat banyak orang semacam itu. Setia beribadah tapi sejumlah segi dari
kepribadian telah dikuasai oleh roh-roh jahat, sehingga mereka tidak mampu
mengendalikan sepenuhnya diri mereka sendiri. Sebagaimana orang-orang yang
dilayani Yesus pada masanya, Orang-orang yang seperti itu juga pada saat
sekarang memerlukan pelepasan.
Sedangkan ajaran Moksa mempunyai
kelepasan-kelepasan dan tahapan-tahapan supaya bisa bersatu
dengan Tuhan, sangat tidak wajar bila dalan ajaran-ajaran mereka sangat
mempunyai banyak yang akan mejadi seperti tumbal yang
selalu diajarkan bahwa pengampunan dosa di cari secara tidak wajar. Sedangkan
orang Kristen keselamatan sudah diberikan langsung oleh Tuhan Allah dengan segala pengakuan yang telah kita lakukan.
Jadi orang Kristen sudah menerima keselamatan
sedangkan dalam agama Hindu khusus Moksa haruslah dilakukan secara tahapan yang
telah menjadi penetapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar