Kamis, 02 Maret 2017

MK Agama Hindu Ajaran Tentang Kelepasan Moksa dan Perbandingan Agama Kristen Protestan Dengan Ajaran Tersebut




AJARAN TENTANG KELEPASAN MOKSA
Ajaran tentang Moksa atau kelepasan merupakan tujuan akhir dari filsafat Samkya. Hidup di dunia ini adalah campuran antara senang dan susah. Banyak kesenangan dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang diderita orang. Bila seseorang dapat menghindar dari kesusahan dan sakit, maka ia dapat menghindarkan diri dari ketentuan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam hidup ini, yaitu : Adhyatmika, Adibhautika dan Adidaivika. Adhyatmika adalah sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut marah dan sebagainya. Adibhautika adalah sakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh faktor ,luar tubuh, seperti terpukul, kena gigitan nyamuk dan sebagainya. Adidaiwika adalah penyakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dan lain-lainnya. Tidak seorangpun yang ingin menderita sakit semuanya ingin hidup bahagia. Lepas dari susah dan sakit tetapi kenyataanya tidaklah demikian. Selama orang masih berbadan lemah, selama itu sukha dan dukha, sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian itu suka dan dukha. Sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian tidak perlu bercita-cita hidup yang menyenangkan terus, cukup hidup yang normal, biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan penderitaan atas dasar pikiran yang sehat. Dalam ajaran Samkhya kelepasan itu adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terkhir dari hidup kita.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya. Samkhyamengajarkan bahwa cara mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang menyababkan seseorang menderita. Dalam banyak hal orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan. Berbeda halnya dengan orang-orang berpengetahuan akan menerima dan menikmati kenyataan hidup ini. Namun karena pengetahuan terhadap kenyataan itu tidak sempurna, maka ia tidak sepenuhnya lepas dari penderitaan. Kelepasan itu hanya akan dicapai bila pengetahuan terhadap kenyataan itu sudah sempurna.
Menurut Samkhya Roh ( Purusa ) itu bukan badan, dan badan selalu ingin dipuakan. Menyamakan roh dengan badan adalah kebodohan, kebodohan adalah akar penderitaan. Kelepasan tercapai bila seseorang menydari perbedaan itu. Untuk mencapai bila seseorang menyadari perbedaan itu. Untuk menyadari hal itu denagan sempurna perlu latihan rohani dan renungan kebatinan yang terus menerus. Ajaran tentang hal ini diuraikan dalam ajaran Yoga[3]. Dua macam kelepasan itu, yaitu Jiwanmukti, yakni kelepasan Roh selama hidup ini, dan Widehamukti, yakni kelepasan ( Moksa ), terlepasnya Atman (roh) dari ikatan badan kasar dan badan halus ( Sthula dan Suksma sarira ). Inilah tujuan filsafat Samkhya. Pertemuan Purusa dengan Prakrti disebut Samyoga, Purusa merupakan sinarnya Prakrti disebut Bhokta. Dan Sifat Prakrti yang tidak pernah diam disebut Samyawastha. Kebodohan disebut Awiweka dan pengetahuan untuk membedakan Purusa dan Prakrti (Roh dan badan, yang kekal dan yang sementara/Ksanika)disebut Wiwekajnana. Inilah ajaran yang mendasar dalam Samkhya.
Tugas manusia adalah berbuat sedemikian rupa, sehingga jiwanya dapat kembali kepada asalnya (Tuhan). Jalan kelepasan ada tiga; Pertama, Jnana-Marga. Jalan kelepasan melalui pengetahuan akan kebenaran yang tertingggi. Kedua, Bhakti-Marga. Jalan kelepasan dengan melalui kasih dan pemujaan kepada Purusa yang tertinggi. Ketiga, Karma-Marga. Jalan kelepasan dengan penaklukan kehendak sendiri kepada tujuan Tuhan[4].
Ketiga jalan kelepasan ini sama-sama menuju satu tujuan, yaitu kelepasan. Orang mendapatkan kelepasan melalui segala segi kesadaran hidup. Tak ada perbedaan mutlak antara jalan-jalan itu. Ini disebabkan kehudupan ilahiyah yang tak terpisah-pisah adanya.
Tuhan adalah Sat (kenyataan), Cit (kebenaran), Ananda (kebahagiaan). Tuhan yang demikian itu menyatakan dirinya sebagai terang yang kekal bak matahari pada tengah hari kepada orang-orang yang mencari pengetahuan. Tetapi ia menyatakan diri sebagai keadilan yang kekal kepada mereka yang bergumul bagi kebajikan. Akhirnya Tuhan menyatakan diri sebagai kasih keindahan, kesucian yang kekal kepada mereka yang mencarinya dengan kasih dan pemujaan.
Sebagaimana Tuhan mempersatukan di dalam dirinya sendiri hikmat, kebaikan dan kesucian, demikianlah manusia harus  menuju kepada hidup rohani yang tak terpisah. Dengan demikain, kelepasan terdiri dari persekutuan jiwa dengan jiwa tertinggi, yaitu menyaksikan, mengalami dan menghayati hidup ilahi[5]. (Harun Hadiwijoni, 1982:29-30)
Tujuan Akhir Ajaran Samkhya
Tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan[6]. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseoarng belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelaepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan demikian samkhya menekankan pada jalan jnanadalam wujud wiweka dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.

Perbandingan Agama Kristen Protestan Dengan Ajaran Kelepasan Moksa Hindu
Perbandingan tentang keterkaitan agama Kristen hanyalah Salah satu kejadian paling awal dalam pelayanan Yesus adalah pelayanan mengusir roh-roh jahat. Dan pelayanan ini justru dilakukan disebuah rumah ibadat di Kapernaum (Mrk 1: 21-26). Hal ini menyatakan bahwa orang yang kerasukan roh jahat itu biasa beribadah dirumah ibadat tersebut. Namun rupanya tidak seorangpun mengetahui bahwa ia membutuhkan kelepasan dari roh jahat. Urapan Roh Kudus atas diri Yesus telah memaksa roh jahat itu muncul. lalu pergilah Ia keseluruh Galilea dan memberitakan injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan. Markus 1:39 Orang-orang yang dilayani Yesus sebagian besar adalah orang-orang Yahudi yang taat beribadah dan setiap hari sabat berkumpul dirumah ibadat. Dan yang perlu diingat bahwa peraturan etika dan moral dikalangan Yahudi pada masa Yesus didasarkan pada sepuluh perintah Allah dan taurat Musa.
Ini artinya sebagian besar dari mereka kemungkinan memiliki pola hidup lebih baik dari sebagian besar masyarakat kita dewasa ini. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kristen sekarang inipun terdapat banyak orang semacam itu. Setia beribadah tapi sejumlah segi dari kepribadian telah dikuasai oleh roh-roh jahat, sehingga mereka tidak mampu mengendalikan sepenuhnya diri mereka sendiri. Sebagaimana orang-orang yang dilayani Yesus pada masanya, Orang-orang yang seperti itu juga pada saat sekarang memerlukan pelepasan.
            Sedangkan ajaran Moksa mempunyai kelepasan-kelepasan dan tahapan-tahapan supaya bisa bersatu dengan Tuhan, sangat tidak wajar bila dalan ajaran-ajaran mereka sangat mempunyai banyak yang akan mejadi seperti tumbal yang selalu diajarkan bahwa pengampunan dosa di cari secara tidak wajar. Sedangkan orang Kristen keselamatan sudah diberikan langsung oleh Tuhan Allah dengan segala pengakuan yang telah kita lakukan. Jadi orang Kristen sudah menerima keselamatan sedangkan dalam agama Hindu khusus Moksa haruslah dilakukan secara tahapan yang telah menjadi penetapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar