Jumat, 24 Februari 2017

Allah Memilih Para Leluhur Israel



Allah Memilih Para Leluhur Israel


1.      Tempat pokok ini dalam kesaksian kitab-kitab perjanjian lama
Tuhan yang memanggil Abraham, Ishak, dan Yakub, telah menyatakan diriNya kepada mereka. Ia telah mengikat suatu perjanjian dengan Abraham dan melanjutkannya dengan Ishak dan Yakub beserta keturunannya. Secara berulang-ulang, Ia menjanjikan perlindungan, berkat, keturunan, dan tanah kepada mereka. Itulah pokok puji-pujian dan kepercayaan umat Israel sejak mereka menetap di tanah kanaan.
          Pokok ini termasuk “kredo”  umat Israel sebagai pendahuluan atas pokok-pokok “keluaran dari Mesir” dan “pemberian tanah kanaan”, sebagai penghubung antara pokok “penciptaan dunia” dengan segala pokok yang berikut, dan khususnya menurut pandangan para imam sebagai peletakan dasar dari perbuatan Allah di Gunung Sinai. Kitab-kitab perjanjian lama membenarkan bahwa pokok ini sudah lama termasuk dalam rentetan pokok kepercayaan umat Israel, bahwa umat itu “berasal” dari Abraham, Ishak, dan Yakub.
Dimanakah sebenarnya tempat pokok ini di dalam kepercayaan umat Israel?
Tak dapat disangkal bahwa peristiwa-peristiwa di sekitar para bapa leluhur itu terjadi pada permulaan sejarah umat Israel, malah merupakan babak pertama di dalam sejarah yang panjang itu. Pokok penciptaan dunia berkenaan dengan asal-usul umat manusia sebagai keseluruhan. Mulai dari Abrahamlah pertamakali kita mendengar berita-berita tentang asal-usul umat Israel. Karena itu, mungkin kita merasa berhak menarik kesimpulan bahwa bab inilah yang meletakan dasar berdirinya umat Israel dan peristiwa-peristiwa di sekitar para bapa leluhurinilah yang selayaknya dipandang sebagai pokok dasar kepercayaan umat tersebut. Nyatanya, pandangan ini tidak dapat dipertahankan. Urutan yang terdepan di dalam sejarah belumlah berarti bahwa pokok kita ini mempunyai tempat pertama di dalam kepercayaan Israel !
Cerita-cerita tentang bapa leluhur dalam (Kejadian 11-50) tersusun dari bahan-bahan tua, sebagaimana umat Israel sendiri, bercampur dengan bahan-bahan dari masa kerajaan, bahkan dari masa pasca-Pembuangan. Para leluhur hidup antara 2000 dan 1400 s.M. Mereka termasuk rumpun wilayah yang disebut “bulan sabit yang subur”. Mereka menghadapi kerajaan seperti Ugarit,Haran (Kota asal Abraham, Kejadian 11: 31), Mari, Heti, dan Babel, serta banyak kota kecil di Palestina dan Siria yang masing-masing punya Rajanya sendiri. Pekerjaan utama para leluhur Israel adalah peternak kambing domba.  Memang, tak dapat dibuktikan bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub hidup sebagaimana diceritakan dalam Kitab Kejadian. Namun, terbukti bahwa pada masa mereka, orang menjalani kehidupan sebagaimana diceritakan di dalam Kitab Kejadian.
2.      Allah Memilih Abraham, Ishak, dan Yakub
1.      Allah memilih orang-orangNya atas perkenanNya sendiri dan bukan karena jasa atau bakat orang tersebut.
2.      Allah memanggil orang-orangNya dan menyuruh mereka meninggalkan segala jaminan dan menuju tempat di mana Ia akan menemui mereka.
3.      Allah memberkati orang yang dipilihNya.
4.      Dengan memilih orang-orang tertentu Allah tidak menolak orang lain.
Cerita-cerita para bapa leluhur dalam Kejadian 11-50 ternyata belum memakai istilah “memilih” ini. Cerita-cerita ini hanya memberitahukan bahwa Allah menampakan diriNya atau memperdengarkan suaraNya: Allah berfirman kepada para bapa leluhur; Ia bertutur kepada mereka; Ia memberi mereka suatu pesan, pernyataan atau janji. Dalam Yosua 24:3 muncul kata “mengambil”. Segala sebutan ini bersifat konkrit dan jelas, kesusteraan lama agaknya tidak membutuhkan sebutan “memilih” itu.
2.1. Atas Perkenan-Nya sendiri
Allah memilih orang-orang yang “mendapat perkenanNya”. Mengapa justru Abraham bukan Nahor atau Haran (Kej 11:27)? Mengapa justru Ishak dan Yakub bukan Ismael dan Esau? Cerita-cerita tentang para bapa leluhur itu berulang-ulang menimbulkan pertanyaan semacam ini, namun dengan sengaja tidak ada jawaban yang diberikan. Allah tidak wajib mempertanggungjawabkan kebijaksanaanNya. Ia memilih dengan sukarela, menurut kedaulatan, kehendak dan pertimbanganNya sendiri. Pada kakikatnya, Allah memilih orang dalam pengasihanNya  yang bebas yang tidak didasarkan pada sikap dan bakat orang itu, tetapi hanya pada kehendak Allah sendiri. Allah memilih orang-orangNya, menjalin hubungan khas dan memulai suatu babak sejarah dengan mereka.
          Cerita-cerita bapa leluhur itu berulang-ulang menekankan segi rahasia tadi. Panggilan Allah kepada Abraham diriwayatkan dengan tidak memberitahukan alasannya (Kej 12). Bahwa Abram bukan seorang “pahlawan”  dalam pengertian jasmani dan rohani, nyata dari sikap dan tindakanya ketika menghadapi bahaya di Mesir (Kej 12:10-20); Khususnya yang tertua di antara ketiga tradisi cerita itu sering memperlihatkan kelemahan para bapa leluhur. Siapakah yang menjadi ahli waris dari panggilan dan perjanjian Allah kepada Abram? Menurut adat yang berlaku pada zaman itu, tentulah anaknya yang sulung. Namun adat itu justru tidak mengikat ketika Allah memilih orang-orangNya.
Pokoknya,kita dapat menceritakan bagaimana hubungan mesra dengan teman hidup, anak angkat dan sahabat karib mulai, tetapi kita pun sulit memberi alasan rasional mengapa justru orang itu, dan bukan orang lain, dipilih dan sejarah antara kita pun bertumbuh.


2.2. Allah Memanggil Orang-orang Yang Meninggalkan Semua Jaminan
Allah memilih para leluhur dan mengambil segala jaminan yang lazim dari mereka, serta menimbulkan di dalam hati mereka kerelaan untuk menerima firmanNya.
          Demikianlah Allah menyuruh Abraham meninggalkan negeri dimana ia dibesarkan, baik Ur Kasdim maupun Haran, yakni lingkungan keluarga besar yang menjamin hidupnya segaligus sebagai rumah bapaknya (Kej 12:1) dan pergi ke tanah yang akan ditunjukan kepadanya tanpa jaminan apapun. Disana ia akan “menumpang sebagai orang asing” (demikian diistilahkan oleh P dalam Kej 17:8, 23:4, 36:7, 37:1 dan 47:9). Hanya tanah gua Makhpela, dekat Hebron tempat Sara dikuburkan, yang akan menjadi miliknya (Kej 23:17-20). Lama Abraham tidak mendapat keturunan dan tinggal sebatang kara tanpa mengetahui bagaimana janji Allah akan digenapi. Akhirnya, lahirlah Ishak. Ketika anak itu masih muda, Allah menuntut agar dia diserahkan kepadaNya. Dengan demikian, Abraham diminta melepaskan jaminan tentang janji Allah.
          Yakub lari dari perkemahan orangtua tanpa jaminan apapun dan ditemui Allah di Betel. Setelah menjadi makmur dan mendapat perintah pulang, ia pergi dalam ketakutan terhadap kakaknya yang ia tipu, dan sekali lagi ia ditemui Allah di Yabok.
          Yusuf yang sombong sebagai anak muda itu dijual kakak-kakaknya ke Mesir (Kej 37:24,27) dank arena fitnah, ia dipenjarakan (Kej 39:28).
          Sebagaimana para leluhur Israel dipanggil keluar lingkungan hidup yang terjamin, demikian pula Israel sendiri dibawah keluar dari Mesir dengan janji, tetapi tanpa jaminan. Hal yang sama dialami oleh sejumlah hakim, Daud, sejumlah Nabi, bahkan Yesus sendiri dibawah kegurun dan dicobai.
2.3. Allah Memberkati Orang-orang Yang Dipilih-Nya
Ketika Abraham dipanggil, ia dijanjikan berkat untuk diri sendiri: ia akan menjadi bapa suatu bangsa yang besar dan namanya akan termasyur. Semua orang yang berhubungan sejahtera dengan dia pun diberkati (Kej 12:3, 14:18-20 dan 20:17). Seluruh kau di muka bumi dijanjikan berkat dalam Abraham(12:3). Ketika Abraham rela menyerahkan anaknya kepada Allah, maka berkat itu diperbaharui dan diperteguhkan (Kej 22:17-18). Oleh karena itu Abraham dikenal sebagai sahabat Allah (Yes 41:8, Gal 3:9, Ibr 2:16, Yak 2:23). Ia pun dihormati sebagai orang yang teguh imannya (Rm 4:3,12,16, Yak 2:23. Dan diberi nama “Bapa orang percaya”.
          Ishak memberkati anaknya dalam upacara keluarga. Dalam upacara tersebut, bapak yang sudah mendekati ajal itu memanggil anaknya, meminta makanan untuk dikuatkan, berusaha mengenali anaknya, dan meletakan tangan di kepalanya sambil memberkati. Ishak bermaksud memberkati anak sulung, tetapi ditipu oleh Yakub (atas dorongan ibunya, Kej 27:1-29, bnd Hos 12:3-8). Tidak ada berkat kedua untuk Esau sehingga ia amat kecewa dan hendak membunuh adiknya.
          Yakub mengalami berkat dan menjadi kaya di negeri pamannya dan memperoleh dua belas putera di situ. Lalu ia disuruh pulang oleh Allah. Dulu Yakub memperoleh berkat melalui tipu daya dan itu dan itu sebabnya ia tidak terlindung dari dendam Esau. Kini, berkat dimintanya dengan tulus ikhlas dalam penyerahan diri kepada Allah. Berkat yang diterimanya itu membuka jalan perdamaian dengan kakaknya.
2.4. Lot, Ismael dan Esau serta Keturunannya tidak terpilih
Mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang setingkat dengan orang-orang yang terpilih: sama baik, sama buruk, malahan kadang-kadang lebih baik dari pada mereka yang dengan tidak disangka-sangka mendapat perkenan Allah. Kalau Allah tidak memilih mereka, belum tentu hal itu berarti bahwa Allah “menolak”, “membuang atau malah “mengutuk” mereka. Umat Israel mengetahui tentang suatu rencana Allah mengenai umat Manusia seluruhnya, di mana “orang-orang luar” pun mendapat tempatnya. Allah sekali-kali tidak “membenci” mereka sebagaimana Ia membenci kejahatan manusia.
Allah juga memberkati mereka yang tidak dipilihNya Ismael (Kej 17:20), Esau (Kej 27:38-40), dan Manasye (Kej 48:17-22).
Allah tak mengikat dirinya sepanjang masa (Hos 1:6,9). Bahkan Ia bebas memilih bangsa-bangsa yang selama ini ditolakNya.
Adakalanya kebijaksanaan Allah itu ternyata berhubungan dengan rencanaNya, Yakni, dengan pemeliharaan dan penyelamatan manusia terhadap kekacauan dan kebinasaan yang menjadi akibat pemberontakan manusia.
3.      Allah Menyatakan Diri
Allah menyatakan diri kepada para bapa leluhur. Sambil “memanggil” dan “menggerakkan” mereka, Ia sendiri tidak tinggal tersembunyi. TindakanNya tertuju kepada manusia yang dipilihNya dan perhatian kita pun diarahkan kepada orang-orang pilihanNya itu. Namun, didalam tindakanNya ini ia sekaligus menyatakan diri sehingga perhatian kita pun terarah kepada Dia yang bertindak.
3.1. Allah Menyatakan Diri di Tempat-tempat Tertentu
Peristiwa ini dialami berulang-ulang, baik oleh Abraham (Kej 12:1,7 ; 15:1 ;18:1 ;22:14), oleh Ishak (26:2), maupun oleh Yakub (28:13 ;35:9 ;48:3). Ada dua hal yang menarik perhatian kita. Pertama, semua tempat itu terletak di tanah Kanaan, yakni di dalam wilayah yang akan diduduki oleh umat Israel. Disinilah tempat Allah berkenan menyatakan diri. Jarang sekali dan hanya sebagai kekecualian jika ada suatu tempat di luar wilayah itu yang dipilihNya. Kedua, hamper semua tempat di mana Allah menyatakan diri adalah tempat-tempat yang “luar biasa”, bahkan tempat-tempat yang terkenal sebagai “suci” atau keramat.
3.2. Allah Hadir
Dengan cara bagaimanakah Allah menyatakan diri ? Naskah Ibrani berkali-kali berbicara tentang Allah yang membuat diriNya tampak dan sungguh-sungguh kelihatan (Kej 12:7 17:1 , 18:1 26:2,24  , 35:1,9  ,48:3).
3.3. Allah Memperkenalkan Diri
Tiap-tiap  usaha untuk memperkenalkan diri sungguh-sungguh mulai dengan pemberitahuan nama seseorang. Allah berbuat demikian juga bila Ia menampakan diri kepada manusia. Apakah ini adat kesopanan belaka, perikemanusiaan yang menuntut agar seorang tamu memberitahukan namanya dulu sebelum memberitahukan maksud kedatangannya? Kita tidak menyangkal adanya unsur kesopanan ini, namun harus ditegaskan bahwa menurut cerita-cerita yang bersangkutan, justru para bapa leluhur itu yang memainkan peran “tamu”  dan “pendatang” di dalam rumah (Kej 28) dan tanah milikNya. Bukannya suatu adat atau kewajiban yang mendorong Allah untuk memperkenalkan diri, melainkan kesukaanNya sendiri, rencanaNya, dan maksudNya yang sukarela untuk membuat diriNya dikenal oleh manusia yang dipilihNya.
          Kita mempunyai kenyataan yang cukup untuk menarik suatu kesimpulan. Para bapa leluhur hidup di dalam suasana keagamaan yang serba ragam. Mereka sudah mengenal Yahweh, Allah orang Israel, sebab Yahweh sendiri telah menyatakan diri kepada mereka. Namun, mereka masih mencari Dia, masih memanggil Dia dengan memakai nama-nama ilah yang berasal dari dunia keagamaan bangsa-bangsa di daerah pengembaraan mereka sebab Yahweh sendiri berkenan memperkenalkan diri dibawah nama-nama itu.
3.4. Allah Yang Bertindak Secara Tersembunyi
Dalam cerita Yusuf, Allah bertindak secara tersembunyi. Rencana Allah menjadi kentara ketika saudara-saudara Yusuf tertimpa bencana kelaparan dan turun ke Mesir. Yusuf menguji mereka dan akhirnya dia memperkenalkan diri dengan perkataan “untuk memelihara kehidupan mu/kelanjutan keturunanmu Allah menyuruh aku mendahului kamu…bukan kamu yang menyuruh aku kesini, tetapi Allah. Dan ini menjadi syalom perdamaian dan sejahtera.
4.      Allah Mengikat Perjanjian: Dua Kesaksian Utama
Dalam hubungan yang erat dengan memilih dan memanggil para bapa leluhur itu, Allah mengikat suatu perjanjian dengan mereka. Dengan Abraham di ikrarkanNya suatu sumpah setia, yang diteguhkan dengan upacara perjanjian dan sumpah itu diperbaharuiNya kepada Ishak dan Yakub. Semuanya merupakan pratanda dan pendahuluan dari perjanjian yang akan diikatNya dengan umat Israel pada waktu kelahirannya, yakni pada waktu ia membawa mereka keluar dari Mesir. Pada hakikatnya hanya duakali kita mendengar tentang suatu perjanjian yang diikat Allah, yakni di dalam pasal-pasal kejadian 15 dan 17. Lih Yeremia 34:18-19.

5.      Allah Memberikan Janji-janjiNya
Allah menjanjikan berkat, keturunan, dan tanah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Janji-janji itu dapat disertai sumpah, dihubungkan dengan perjanjian atau berdiri sendiri sebagai firman Allah. Janji-janji itu merupakan benang merah dalam cerita leluhur.
1.      Berkat yang Allah berikan hendaklah memantul dari leluhur dan keturunannya kepada sekalian bangsa di dunia.
2.      Sementara para leluhur hidup sebagai orang asing di Kanaan, Allah menjanjikan keturunan yang tak terbilang banyaknya dan tanah seluruhnya.
3.      Allah sudah memberikan janji dan tanda kesetiaanNya, tetapi janji itu baru akan digenapkan pada masa depan.
4.      Cerita leluhur dijuruskan pada janji ketika menjadi pra-sejarah Israel.
Kepada Abraham, Ishak, dan Yakub diberikan janji-janji yang ajaib:
·         Janji berkat.
·         Janji keturunan dan tanah.
·         Menanti penggenapan.
·         Janji sebagai prasejarah umat Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar