Allah
Memilih Para Leluhur Israel
1.
Tempat
pokok ini dalam kesaksian kitab-kitab perjanjian lama
Tuhan yang memanggil Abraham, Ishak, dan Yakub,
telah menyatakan diriNya kepada mereka. Ia telah mengikat suatu perjanjian
dengan Abraham dan melanjutkannya dengan Ishak dan Yakub beserta keturunannya.
Secara berulang-ulang, Ia menjanjikan perlindungan, berkat, keturunan, dan
tanah kepada mereka. Itulah pokok puji-pujian dan kepercayaan umat Israel sejak
mereka menetap di tanah kanaan.
Pokok ini termasuk “kredo” umat
Israel sebagai pendahuluan atas pokok-pokok “keluaran dari Mesir” dan
“pemberian tanah kanaan”, sebagai penghubung antara pokok “penciptaan dunia”
dengan segala pokok yang berikut, dan khususnya menurut pandangan para imam
sebagai peletakan dasar dari perbuatan Allah di Gunung Sinai. Kitab-kitab
perjanjian lama membenarkan bahwa pokok ini sudah lama termasuk dalam rentetan
pokok kepercayaan umat Israel, bahwa umat itu “berasal” dari Abraham, Ishak,
dan Yakub.
Dimanakah sebenarnya tempat pokok ini di dalam
kepercayaan umat Israel?
Tak dapat disangkal bahwa peristiwa-peristiwa di
sekitar para bapa leluhur itu terjadi pada permulaan sejarah umat Israel, malah
merupakan babak pertama di dalam sejarah yang panjang itu. Pokok penciptaan
dunia berkenaan dengan asal-usul umat manusia sebagai keseluruhan. Mulai dari
Abrahamlah pertamakali kita mendengar berita-berita tentang asal-usul umat
Israel. Karena itu, mungkin kita merasa berhak menarik kesimpulan bahwa bab
inilah yang meletakan dasar berdirinya umat Israel dan peristiwa-peristiwa di
sekitar para bapa leluhurinilah yang selayaknya dipandang sebagai pokok dasar
kepercayaan umat tersebut. Nyatanya, pandangan ini tidak dapat dipertahankan.
Urutan yang terdepan di dalam sejarah belumlah berarti bahwa pokok kita ini
mempunyai tempat pertama di dalam kepercayaan Israel !
Cerita-cerita tentang bapa leluhur dalam (Kejadian
11-50) tersusun dari bahan-bahan tua, sebagaimana umat Israel sendiri,
bercampur dengan bahan-bahan dari masa kerajaan, bahkan dari masa
pasca-Pembuangan. Para leluhur hidup antara 2000 dan 1400 s.M. Mereka termasuk
rumpun wilayah yang disebut “bulan sabit yang subur”. Mereka menghadapi
kerajaan seperti Ugarit,Haran (Kota asal Abraham, Kejadian 11: 31), Mari, Heti,
dan Babel, serta banyak kota kecil di Palestina dan Siria yang masing-masing
punya Rajanya sendiri. Pekerjaan utama para leluhur Israel adalah peternak
kambing domba. Memang, tak dapat
dibuktikan bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub hidup sebagaimana diceritakan dalam
Kitab Kejadian. Namun, terbukti bahwa pada masa mereka, orang menjalani
kehidupan sebagaimana diceritakan di dalam Kitab Kejadian.
2.
Allah
Memilih Abraham, Ishak, dan Yakub
1. Allah
memilih orang-orangNya atas perkenanNya sendiri dan bukan karena jasa atau
bakat orang tersebut.
2. Allah
memanggil orang-orangNya dan menyuruh mereka meninggalkan segala jaminan dan
menuju tempat di mana Ia akan menemui mereka.
3. Allah
memberkati orang yang dipilihNya.
4. Dengan
memilih orang-orang tertentu Allah tidak menolak orang lain.
Cerita-cerita para bapa leluhur dalam Kejadian 11-50
ternyata belum memakai istilah “memilih” ini. Cerita-cerita ini hanya
memberitahukan bahwa Allah menampakan diriNya atau memperdengarkan suaraNya:
Allah berfirman kepada para bapa leluhur; Ia bertutur kepada mereka; Ia memberi
mereka suatu pesan, pernyataan atau janji. Dalam Yosua 24:3 muncul kata
“mengambil”. Segala sebutan ini bersifat konkrit dan jelas, kesusteraan lama
agaknya tidak membutuhkan sebutan “memilih” itu.
2.1.
Atas Perkenan-Nya sendiri
Allah memilih orang-orang yang “mendapat
perkenanNya”. Mengapa justru Abraham bukan Nahor atau Haran (Kej 11:27)?
Mengapa justru Ishak dan Yakub bukan Ismael dan Esau? Cerita-cerita tentang
para bapa leluhur itu berulang-ulang menimbulkan pertanyaan semacam ini, namun
dengan sengaja tidak ada jawaban yang diberikan. Allah tidak wajib
mempertanggungjawabkan kebijaksanaanNya. Ia memilih dengan sukarela, menurut
kedaulatan, kehendak dan pertimbanganNya sendiri. Pada kakikatnya, Allah
memilih orang dalam pengasihanNya yang
bebas yang tidak didasarkan pada sikap dan bakat orang itu, tetapi hanya pada
kehendak Allah sendiri. Allah memilih orang-orangNya, menjalin hubungan khas dan
memulai suatu babak sejarah dengan mereka.
Cerita-cerita
bapa leluhur itu berulang-ulang menekankan segi rahasia tadi. Panggilan Allah
kepada Abraham diriwayatkan dengan tidak memberitahukan alasannya (Kej 12).
Bahwa Abram bukan seorang “pahlawan”
dalam pengertian jasmani dan rohani, nyata dari sikap dan tindakanya
ketika menghadapi bahaya di Mesir (Kej 12:10-20); Khususnya yang tertua di
antara ketiga tradisi cerita itu sering memperlihatkan kelemahan para bapa
leluhur. Siapakah yang menjadi ahli waris dari panggilan dan perjanjian Allah
kepada Abram? Menurut adat yang berlaku pada zaman itu, tentulah anaknya yang
sulung. Namun adat itu justru tidak mengikat ketika Allah memilih
orang-orangNya.
Pokoknya,kita
dapat menceritakan bagaimana hubungan mesra dengan teman hidup, anak angkat dan
sahabat karib mulai, tetapi kita pun sulit memberi alasan rasional mengapa
justru orang itu, dan bukan orang lain, dipilih dan sejarah antara kita pun
bertumbuh.
2.2.
Allah Memanggil Orang-orang Yang Meninggalkan Semua Jaminan
Allah memilih para leluhur dan mengambil segala
jaminan yang lazim dari mereka, serta menimbulkan di dalam hati mereka kerelaan
untuk menerima firmanNya.
Demikianlah Allah menyuruh Abraham meninggalkan negeri dimana ia
dibesarkan, baik Ur Kasdim maupun Haran, yakni lingkungan keluarga besar yang
menjamin hidupnya segaligus sebagai rumah bapaknya (Kej 12:1) dan pergi ke
tanah yang akan ditunjukan kepadanya tanpa jaminan apapun. Disana ia akan
“menumpang sebagai orang asing” (demikian diistilahkan oleh P dalam Kej 17:8,
23:4, 36:7, 37:1 dan 47:9). Hanya tanah gua Makhpela, dekat Hebron tempat Sara
dikuburkan, yang akan menjadi miliknya (Kej 23:17-20). Lama Abraham tidak
mendapat keturunan dan tinggal sebatang kara tanpa mengetahui bagaimana janji
Allah akan digenapi. Akhirnya, lahirlah Ishak. Ketika anak itu masih muda,
Allah menuntut agar dia diserahkan kepadaNya. Dengan demikian, Abraham diminta
melepaskan jaminan tentang janji Allah.
Yakub lari dari perkemahan orangtua tanpa jaminan apapun dan ditemui
Allah di Betel. Setelah menjadi makmur dan mendapat perintah pulang, ia pergi
dalam ketakutan terhadap kakaknya yang ia tipu, dan sekali lagi ia ditemui
Allah di Yabok.
Yusuf yang sombong sebagai anak muda itu dijual kakak-kakaknya ke Mesir
(Kej 37:24,27) dank arena fitnah, ia dipenjarakan (Kej 39:28).
Sebagaimana para leluhur Israel dipanggil keluar lingkungan hidup yang
terjamin, demikian pula Israel sendiri dibawah keluar dari Mesir dengan janji,
tetapi tanpa jaminan. Hal yang sama dialami oleh sejumlah hakim, Daud, sejumlah
Nabi, bahkan Yesus sendiri dibawah kegurun dan dicobai.
2.3. Allah Memberkati Orang-orang Yang
Dipilih-Nya
Ketika Abraham dipanggil, ia dijanjikan berkat untuk
diri sendiri: ia akan menjadi bapa suatu bangsa yang besar dan namanya akan
termasyur. Semua orang yang berhubungan sejahtera dengan dia pun diberkati (Kej
12:3, 14:18-20 dan 20:17). Seluruh kau di muka bumi dijanjikan berkat dalam
Abraham(12:3). Ketika Abraham rela menyerahkan anaknya kepada Allah, maka
berkat itu diperbaharui dan diperteguhkan (Kej 22:17-18). Oleh karena itu
Abraham dikenal sebagai sahabat Allah (Yes 41:8, Gal 3:9, Ibr 2:16, Yak 2:23).
Ia pun dihormati sebagai orang yang teguh imannya (Rm 4:3,12,16, Yak 2:23. Dan
diberi nama “Bapa orang percaya”.
Ishak
memberkati anaknya dalam upacara keluarga. Dalam upacara tersebut, bapak yang
sudah mendekati ajal itu memanggil anaknya, meminta makanan untuk dikuatkan,
berusaha mengenali anaknya, dan meletakan tangan di kepalanya sambil
memberkati. Ishak bermaksud memberkati anak sulung, tetapi ditipu oleh Yakub
(atas dorongan ibunya, Kej 27:1-29, bnd Hos 12:3-8). Tidak ada berkat kedua
untuk Esau sehingga ia amat kecewa dan hendak membunuh adiknya.
Yakub mengalami berkat dan menjadi kaya di negeri pamannya dan
memperoleh dua belas putera di situ. Lalu ia disuruh pulang oleh Allah. Dulu
Yakub memperoleh berkat melalui tipu daya dan itu dan itu sebabnya ia tidak
terlindung dari dendam Esau. Kini, berkat dimintanya dengan tulus ikhlas dalam
penyerahan diri kepada Allah. Berkat yang diterimanya itu membuka jalan
perdamaian dengan kakaknya.
2.4. Lot, Ismael dan Esau serta Keturunannya
tidak terpilih
Mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang setingkat
dengan orang-orang yang terpilih: sama baik, sama buruk, malahan kadang-kadang
lebih baik dari pada mereka yang dengan tidak disangka-sangka mendapat perkenan
Allah. Kalau Allah tidak memilih mereka, belum tentu hal itu berarti bahwa
Allah “menolak”, “membuang atau malah “mengutuk” mereka. Umat Israel mengetahui
tentang suatu rencana Allah mengenai umat Manusia seluruhnya, di mana
“orang-orang luar” pun mendapat tempatnya. Allah sekali-kali tidak “membenci”
mereka sebagaimana Ia membenci kejahatan manusia.
Allah juga memberkati mereka yang tidak dipilihNya
Ismael (Kej 17:20), Esau (Kej 27:38-40), dan Manasye (Kej 48:17-22).
Allah tak mengikat dirinya sepanjang masa (Hos
1:6,9). Bahkan Ia bebas memilih bangsa-bangsa yang selama ini ditolakNya.
Adakalanya kebijaksanaan Allah itu ternyata
berhubungan dengan rencanaNya, Yakni, dengan pemeliharaan dan penyelamatan
manusia terhadap kekacauan dan kebinasaan yang menjadi akibat pemberontakan
manusia.
3.
Allah
Menyatakan Diri
Allah menyatakan diri kepada para bapa leluhur.
Sambil “memanggil” dan “menggerakkan” mereka, Ia sendiri tidak tinggal
tersembunyi. TindakanNya tertuju kepada manusia yang dipilihNya dan perhatian
kita pun diarahkan kepada orang-orang pilihanNya itu. Namun, didalam
tindakanNya ini ia sekaligus menyatakan diri sehingga perhatian kita pun
terarah kepada Dia yang bertindak.
3.1. Allah Menyatakan Diri di Tempat-tempat
Tertentu
Peristiwa ini dialami berulang-ulang, baik oleh
Abraham (Kej 12:1,7 ; 15:1 ;18:1 ;22:14), oleh Ishak (26:2), maupun oleh Yakub
(28:13 ;35:9 ;48:3). Ada dua hal yang menarik perhatian kita. Pertama, semua
tempat itu terletak di tanah Kanaan, yakni di dalam wilayah yang akan diduduki
oleh umat Israel. Disinilah tempat Allah berkenan menyatakan diri. Jarang
sekali dan hanya sebagai kekecualian jika ada suatu tempat di luar wilayah itu
yang dipilihNya. Kedua, hamper semua tempat di mana Allah menyatakan diri
adalah tempat-tempat yang “luar biasa”, bahkan tempat-tempat yang terkenal
sebagai “suci” atau keramat.
3.2. Allah Hadir
Dengan cara bagaimanakah Allah menyatakan diri ?
Naskah Ibrani berkali-kali berbicara tentang Allah yang membuat diriNya tampak
dan sungguh-sungguh kelihatan (Kej 12:7 17:1 , 18:1 26:2,24 , 35:1,9
,48:3).
3.3. Allah Memperkenalkan Diri
Tiap-tiap
usaha untuk memperkenalkan diri sungguh-sungguh mulai dengan
pemberitahuan nama seseorang. Allah berbuat demikian juga bila Ia menampakan
diri kepada manusia. Apakah ini adat kesopanan belaka, perikemanusiaan yang
menuntut agar seorang tamu memberitahukan namanya dulu sebelum memberitahukan
maksud kedatangannya? Kita tidak menyangkal adanya unsur kesopanan ini, namun
harus ditegaskan bahwa menurut cerita-cerita yang bersangkutan, justru para
bapa leluhur itu yang memainkan peran “tamu”
dan “pendatang” di dalam rumah (Kej 28) dan tanah milikNya. Bukannya
suatu adat atau kewajiban yang mendorong Allah untuk memperkenalkan diri,
melainkan kesukaanNya sendiri, rencanaNya, dan maksudNya yang sukarela untuk
membuat diriNya dikenal oleh manusia yang dipilihNya.
Kita
mempunyai kenyataan yang cukup untuk menarik suatu kesimpulan. Para bapa leluhur
hidup di dalam suasana keagamaan yang serba ragam. Mereka sudah mengenal
Yahweh, Allah orang Israel, sebab Yahweh sendiri telah menyatakan diri kepada
mereka. Namun, mereka masih mencari Dia, masih memanggil Dia dengan memakai
nama-nama ilah yang berasal dari dunia keagamaan bangsa-bangsa di daerah
pengembaraan mereka sebab Yahweh sendiri berkenan memperkenalkan diri dibawah
nama-nama itu.
3.4. Allah Yang Bertindak Secara Tersembunyi
Dalam cerita Yusuf, Allah bertindak secara
tersembunyi. Rencana Allah menjadi kentara ketika saudara-saudara Yusuf
tertimpa bencana kelaparan dan turun ke Mesir. Yusuf menguji mereka dan
akhirnya dia memperkenalkan diri dengan perkataan “untuk memelihara kehidupan
mu/kelanjutan keturunanmu Allah menyuruh aku mendahului kamu…bukan kamu yang
menyuruh aku kesini, tetapi Allah. Dan ini menjadi syalom perdamaian dan
sejahtera.
4.
Allah
Mengikat Perjanjian: Dua Kesaksian Utama
Dalam hubungan yang erat dengan memilih dan
memanggil para bapa leluhur itu, Allah mengikat suatu perjanjian dengan mereka.
Dengan Abraham di ikrarkanNya suatu sumpah setia, yang diteguhkan dengan
upacara perjanjian dan sumpah itu diperbaharuiNya kepada Ishak dan Yakub.
Semuanya merupakan pratanda dan pendahuluan dari perjanjian yang akan diikatNya
dengan umat Israel pada waktu kelahirannya, yakni pada waktu ia membawa mereka
keluar dari Mesir. Pada hakikatnya hanya duakali kita mendengar tentang suatu
perjanjian yang diikat Allah, yakni di dalam pasal-pasal kejadian 15 dan 17.
Lih Yeremia 34:18-19.
5.
Allah
Memberikan Janji-janjiNya
Allah menjanjikan berkat, keturunan, dan tanah
kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Janji-janji itu dapat disertai sumpah,
dihubungkan dengan perjanjian atau berdiri sendiri sebagai firman Allah.
Janji-janji itu merupakan benang merah dalam cerita leluhur.
1. Berkat
yang Allah berikan hendaklah memantul dari leluhur dan keturunannya kepada
sekalian bangsa di dunia.
2. Sementara
para leluhur hidup sebagai orang asing di Kanaan, Allah menjanjikan keturunan
yang tak terbilang banyaknya dan tanah seluruhnya.
3. Allah
sudah memberikan janji dan tanda kesetiaanNya, tetapi janji itu baru akan
digenapkan pada masa depan.
4. Cerita
leluhur dijuruskan pada janji ketika menjadi pra-sejarah Israel.
Kepada Abraham, Ishak, dan Yakub diberikan
janji-janji yang ajaib:
·
Janji berkat.
·
Janji keturunan dan tanah.
·
Menanti penggenapan.
·
Janji sebagai prasejarah umat Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar