Jumat, 24 Februari 2017

Tugas Kulia : Psikologi Perkembangan Anak



   A.    Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun
1. PERKEMBANGAN FISIK :
1.      TINGGI DAN BERAT :  Anak-anak pada usia 3-5 tahun dapat memperlihatkan pertambahan tinggi rata-rata 2,5 inci dan berat 2,5- 3,5 kg per tahunnya.
2.      PERKEMBANGAN OTAK : Pada usia 3-5 tahun perkembangan otak anak rata- rata 75%-90% otak orang dewasa.
3.      PERKEMBANGAN MOTORIK : Pada usia ini anak mengalami perkembangan motorik atau perkembangan keterampilan pribadi baik kasar maupun halus.
4.      PERKEMBANGAN MOTORIK USIA : Tahun motrik kasar motoric halus 2,5-3,5 tahun berjalan dengan baik, meniru sebuah berlari lurus ke depan, lingkaran, tulisan melompat cakar ayam, dapat makan mengunakan sendok, menyusun beberapa kotak 2,5 - 4,5 tahun dengan berjalan dengan 80% mengancing baju, meniru orang dewasa, melempar dan sederhana.
5.      PERKEMBANGAN KOGNITIF : Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk mengekspolorasi lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik. Meliputi :
·         Perkembangan memori (daya ingat).
·         Perkembangan bahasa.
        Perkembangan emosi.
6.      PERKEMBANGAN MEMORIMEMORI
        Mampu mengingat /menyimpan informasi selama 15-30 detik tanp ajangka pengulangan. Materi yang pendek disimpan berupa visual memori.
        Memiliki ketepatan 75% dalam hal jangka mengingat materi yang diberikan misalnya rekognisi gambar panjang.
7.      PERKEMBANGAN BAHASA
Perkembangan bahasa pada anak usia 3-5tahun pada mulanya anak bahasa anak lebihbersifat egosentris dengan menonjolkan diri sendiri, keluarga dan miliknya sendiri. Seiringdengan perkembangan anak yang beranjak besar maka anak akan mulai beradaptasidengan bahasa sosial.
                                                                            
8.      PERKEMBANGAN EMOSI
        Selama awal masa kanak-kanak, emosi sangat kuat tampak mencolok pada anak usia 2,5 - 3,5 tahun dan 5,5-6,5 tahun, meskipun pada umumnya ini berlaku pada hampir seluruh periode awal masa kanak-kanak.
        Penyebabnya di antaranya terlalu lelah karena bermain, tidak tidur siang, dan makan terlalu sedikit
9.      KARAKTERISTIK EMOSI ANAK DIBANDINGKAN DENGAN ORANG DEWASA emosi pada anak emosi orang dewasa berlangsung singkat dan berakhir berlangsung lebih lama dan berakhir lambat terlihat lebih hebat atau kuat tidak terlihat hebat atau kuat bersifat sementara atau dangkal lebih mendalam dan lama lebih sering terjadi jarang terjadi dapat diketahui dengan jelas dari sulit diketahui lebih pandai tingkah lakunya menyembunyikannya
10.  PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
        PERKEMBANGAN HUBUNGAN DENGAN ORANG TUA
        PERKEMBANGAN HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA
        PERKEMBANGAN PERMAINAN
        PERKEMBANGAN GENDER
1.      FUNGSI KOGNITIF Melalui permainan anak-anak mampu mengembangkan pengetahuannya dengan menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
2.      FUNGSI EMOSI Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang tependam. Karena tekanan batin terlepaskan dalam permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.
11.  PERKEMBANGAN GENDER : Anak-anak pada usia tiga tahun telah mampu menghubungkan gender dengan mainan, seperti mobil-mobilan untuk anak laki-laki dan boneka untuk anak perempuan.
12.  KUALITAS PERSONAL : Anak akan mempelajari suatu hal yang secara langsung dihubungkan dengan masing-masing jenis kelamin. Kemudian sekitar usia 4-6 tahun anak mulai mengembangkan asosiasi yang lebih kompleks.
Anak Usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi anak yang normal. Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat yang harus diimbangi dengan pemberian nutrisi dan gizi yang seimbang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :
Faktor genetik
        Faktor keturunan — masa konsepsi
        Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
        Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
        Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
1.      Keluarga
2.      Teman sebaya
3.      Pengalaman hidup
4.      Kesehatan
5.      Lingkungan tempat tinggal

   B.     Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 6-7 Tahun
1.      membaca seperti mesin
2.      mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
3.      membaca waktu untuk seperempat jam
4.      anak wanita bermain dengan wanita
5.      anak laki-laki bermain dengan laki-laki
6.      cemas terhadap kegagalan
7.      kadang malu atau sedih
8.      peningkatan minat pada bidang spiritual
9.      Fisik dan motorik
BB 16-23,6 kg, TB 106,6-123,5 cm, pemunculan gigi insisor mandibula tengah, kehilangan gigi pertama, sering kembali menggigit jari, lebih menyadari tangan sebagai alat, suka menggambar, melukis dan mewarnai.
1.      Mental
Mengembangkan konsep angka, mengetahui pagi atau siang, mengetahui bagaimana yang cantik, jelek dr wajah, mematuhi 3 perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri, mendefinisikan objek umum spt garpu, kursi.
2.      Adaptif
Dimeja, menggunakan pisau untuk mengoleskan mentega, pada saat bermain, memotong, melipat, menjahit dengan kasar bila diberi jarum, mandi tanpa pengawasan, tidur sendiri, membaca dari ingatan, dan menikmati permainan mengeja.
3.      Personal-sosial
Dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik, mempunyai cara sendiri untuk melakukan sesuatu, sering cemburu terhadap adik, meningkatkan sosialisasi, dan akan curang untuk menang.


4.      Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan:
        Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah tim.
        Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun keseimbangan tubuh.
        Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus, yaitu prediksi terhadap jarak.
        Lari maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh, hanya caranya yang berbeda.
        Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan ber-outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan hewan dan tumbuhan.

5.      Stimulasi motorik halus:
        Menggambar, melukis dengan berbagai media.
        Membuat kerajinan dari tanah liat.
        Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari kain perca.
        Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.



   C.     Stimulasi Kognitif
Sebelum menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui terlebih dulu perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak balita perkembangan kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai konsep dasar seperti mengenal bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan umum yang akrab dengan kehidupan sehari-harinya. Disamping itu perkembangan kognitif berkaitan erat dengan perkembangan bahasa.
Aneka kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi kognisi anak adalah:
        Mengadakan acara mendongeng.
        Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak sendiri.
        Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia baca.
        Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan secara verbal, gambar atau tulisan.
        Berdiskusi tentang suatu tema.

Kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik jika divariasikan dengan berbagai kegiatan, seperti membuat kerajinan tangan atau games menarik.

Sedangkan untuk anak 6-12 tahun, perkembangan kognitifnya sangat berkaitan dengan kemampuan akademis yang dipelajari di sekolah. Akan tetapi kemampuan kognitif bisa menjadi lebih optimal apabila otak kanan anak mendapat stimulasi. Anak yang memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsif, kreatif, dan fleksibel.




   D.    Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak 6-12 tahun
Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua hendaknya memperhatikan kondisi anak. Contohnya, saat anak sudah terlihat bosan seharusnya secara otomatis materi yang disampaikan pada anak dibumbui atau diselingi dengan permainan atau hal jenaka yang bisa membuat anak tertantang dan gembira. Ingat, selingan seperti ini sebaiknya tetap pada konteks pembicaraan atau pembahasan.
Stimulasi otak kanan untuk menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan melalui kegiatan music & movement (gerak dan lagu) atau dengan memainkan alat musik tertentu. Bisa juga dengan melakukan kegiatan drama.

   E.     Stimulasi Afeksi
Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal maupun intrapersonal anak balita maupun 6-12 tahun. Manfaat utamanya adalah mengembangkan rasa percaya diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi.
Cara memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:
        Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.
        Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan tidak, serta konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa dipahami anak.
        Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak dapat mengikuti aturan (terutama pada awal mula diterapkan suatu aturan).
        Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah laku anak yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan. Untuk hal ini perlu mempertimbangkan usia anak.
        Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh, saat dia sedih, gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan kebutuhannya kala itu.
        Anak difasilitasi untuk bermain peran.
        Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik secara verbal, tulisan, ataupun gambar.
        Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.
        Khusus untuk anak 6-12 tahun, mulai perkenalkan dengan berbagai permainan dalam rangka mengenalkan aturan main, sportivitas, dan kompetisi.
   F.      Stimulasi Spiritual
Sifat spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang Pencipta. Di sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sebagai hamba Tuhan sesuai ajaran agama masing-masing. Selain itu kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari alam semesta. Di sini anak memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk Tuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spritual anak balita dan usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut:
        Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada yang menciptakan. Contoh, “Siapa yang membuat meja ini?” anak menjawab, “Tukang kayu.” Lalu kita berikan lagi pemahaman padanya “Apakah sama meja ini dengan tukang kayu yang membuatnya?”

        Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di sekitarnya dengan kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.
        Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan di alam dengan kebesaran Sang Pencipta.
        Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.
        Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat anak lakukan sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk lain di muka bumi.
        Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan. Ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut, kaitkan dengan betapa Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah.
        Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan.
        Namun tak hanya itu yang bisa menjamin anak menjadi cerdas. Lingkungan di mana anak berada sangat memegang peranan penting untuk membentuknya menjadi anak yang bahagia dan sehat.
        Jika bicara ideal, beginilah seharusnya lingkungan anak balita dan anak usia 6-12 tahun:
        Dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung, di antaranya arena bermain lengkap dengan prasarananya.
        Lingkungan harus ramah anak, sekaligus memberi jaminan atas kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan keleluasaan bergerak.
        Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk diwujudkan, cukuplah membuat lingkungan yang bisa menerima dan memberi toleransi pada anak dalam berkegiatan. Temanilah selalu anak saat berekplorasi. Biarkan dia bebas memilih apa yang akan dikerjakan sepanjang tetap dalam koridor keamanan, kesehatan, dan kebaikan.

   G.    Pendapat Dari Para Ahli.
a. Pendapat Kroh
        Dari lahir hingga Trotz periode I disebut masa anak-anak awal (0-3/4 tahun)
        dari Trotz periode I hingga Trotz periode II disebut masa keserasian bersekolah (3, 0/4-12/13)
        Dari Trotz periode II hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan(12/13-21).
b. Menurut Aristoteles, bahwa perkembangan anak terbagi dalam 3 fase, yaitu :
        Fase I : umur 0-7 disebut masa nak kecil, kegiatan anak waktu ini hanya bermain.
        Fase II : umur 7-14, masa sekolah, dimana anak mulai belajar di sekolah dasar.
        Fase III : umur 14-21, disebut masa remaja atau pubertas, masa ini adalah masa peralihan (transisi) dari anak menjadi dewasa.
c. Charlotte Buhler, membagi perkembangan anak menjadi 5 fase :
        Fase I (0-1) perkembangan sikap subyektif menjadi obyektif
        Fase II (I-4) makin luasnya hubungan dengan benda-benda sekitarnya atau mengenal benda-benda secara subyektif.
        Fase III (4-8) masa pemasukan diri pada masyarakat secara obyektif, adanya hubungan sosial.
        Fase IV (8-13)munculnya minat ke dunia obyek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan disekitarnya secara sadar.
        Fase V (13-19) masa penemuan diri dan kematangan yakni synthesa sikap subyektif dan obyektif.








KESIMPULAN
Perkembangan merupakan perubahahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya, yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis. Setiap aspek perkembangn individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangannya merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Fase-fase perkembangn dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu. Dan ciri-ciri nya yaitu Adanya penambahan ukuran/ berat serta perbedaan perbandingan ukuran/berat/kesanggupan, dan Hilangnya ciri-ciri yang lama dan munculnya ciri-ciri yang baru

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya buku rujukan yang saya dapatkan untuk judul makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman ataupun dosen pembimbing yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan penulisan-penulisan makalah dikesempatan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar