Jumat, 24 Februari 2017

Contoh Menafsir pakai metode Naratif



PERAPIAN YANG MENYALA-NYALA
(Daniel 3:1-30)
A. Ringkasan Isi
     Raja Nebukadnezar mendirikan sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel, sungguh sebuah patung yang sangat menakjubkan. Kemudian disuruhnya mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah untuk menhadiri upacara peresmian patung yang telah didirikannya.Setelah semua datang dan berdiri di depan patung emas itu, berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: “Kalau mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan alat-alat musik lainnya, semua harus sujud menyembah patung emas yang telah didirikan raja Nebukadnezar. Siapa tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala”.Tiba-tiba terdengarlah bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan berbagai jenis bunyi-bunyian, maka orang-orang sujud menyembah patung emas itu.
     Tetapi ada tiga orang yang tidak mendengar perintah itu. Siapa mereka?Mereka adalah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Hal itu segera diberitahukan kepada raja.
     Mendengar itu raja Nebukadnezar memerintahkan supaya mereka dibawa ke hadapannya. Mereka datang, dan raja bertanya: “Benarkah kamu bertiga tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Kalau kamu mau menyembahnya, kamu akan dibebaskan. Tetapi kalau tidak, kamu akan segera dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari kuasaku?”Tetapi mereka menjawab: “Jika Allah kami dapat melepaskan kami, Ia akan berbuat demikian. Tetapi meskipun kami tidak dilepaskan, kami tidak akan memuja dewa tuanku dan tidak akan menyembah patung emas ini”.
     Maka meluaplah kegeraman raja. Lalu diperintahkannya supaya api itu dibesarkan tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Dan kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya diberinya perintah untuk mengikat ketiga orang itu dan mencampakkan mereka ke dalam api.Api itu sudah besar sekali ketika Sadrakh, Mesakh, dan Abednego digiring ke sana dan orang-orang yang mengangkat ketiga orang itu ke dalam api, mereka kena api sehingga hamba-hamba itu terbakar lalu mati.
     Semua orang menyangka bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego segera akan musnah terbakar. Tetapi tiba-tiba raja Nebukadnezar terkejut dan berkata kepada para menterinya: “Bukankah tiga orang kita campakkan tadi dengan terikat ke dalam api itu?”Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya raja!”“Tetapi sekarang aku lihat ada empat orang berjalan-jalan dengan bebas di tengah api itu!” kata raja pula. “Nampaknya mereka sama sekali tidak apa-apa. Dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!”Ia datang lebih dekat, lalu katanya: “Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang mahatingggi, keluarlah dan datanglah ke mari!”Lalu keluarlah tiga orang itu dari api. Semua orang mengerumuni ketiga orang itu dan mengamati mereka dengan penuh keheranan. Api itu tidak mengapa-apakan tubuh orang-orang itu, rambut mereka tidak hangus, jubah merekapun tidak apa-apa, bahkan bau terbakarpun tidak ada.
     Lalu berserulah Nebukadnezar, katanya: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya yang percaya kepada-Nya. Sebab itu aku perintahkan sekarang, bahwa setiap orang yang mengucapkan suatu penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipotong-potong dan rumahnya akan dimusnahkan”.
B. Struktur
1. Pembukaan                   : ayat 1
2. Isi                                  : ayat 2-29
     a. Kejadian biasa           : ayat 2-7
     b. Konflik                     : ayat 8-23
     c. Solusi                        : ayat 24-29
3.  Penutup                         : ayat 30
C. Alur
     Alur yang ada di cerita ini adalah alur maju dan lancar.
D. Penokohan
1.  Raja Nebukadnezar
a.       Pemarah
     Ia merupakan seorang pribadi yang pemarah. Ini terlihat ketika ada beberapa orang Kasdim yang mengatakan bahwa ada orang Yahudi yang tidak menyembah patung buatannya. Ketika orang-orang Kasdim mengatakan hal tersebut ia langsung marah dan geram kepada orang-orang Yahudi tanpa menanyakan lebih lanjut tentang hal itu kepada mereka.
b.      Bijaksana
     Selain pemarah, Nebukadnezar juga merupakan seorang bijaksana. Hal ini terlihat ketika ia memanggil Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang adalah orang-orang Yahudi yang dilaporkan oleh beberapa orang Kasdim karena tidak menyembah patung buatan Nebukadnezar. Raja memanggil orang-orang Yahudi tersebut tetapi tidak langsung menghakimi mereka walaupun ia sedang dalam keadaam marah.
2.  Seorang bentara
     Namanya tak disebutkan, tetapi dia adalah sorang yang dipakai oleh raja untuk menyampaikan pesan raja kepada masyarakat.
3.  Beberapa orang kasdim
a.       Patuh
     Raja memberikan perintah untuk menyembah patung buatannya, serta juga dengan ancaman bahwa bagi siapa yang tidak menyembahnya akan dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Hal itu didengar oleh warganya. Beberapa orang kasdim yang taat dan patuh terhadap raja inilah yang mengambil inisiatif untuk melaporkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego orang-orang Yahudi.
4.  Sadrakh, Mesakh dan Abednego
a.       Taat dan takut akan Tuhan
     Walaupun dengan ancaman perapian yang menyala-nyala yang akan menanti mereka ketika mereka tetap menyembah Allah, mereka pun tak tergoyahkan oleh ancaman itu untuk menyembah Allah mereka. Dengan berhadapan dengan raja pun yang akan melemparkan mereka ke perapian yang menyala-nyala, mereka tetap setiap kepada Allah. Pada akhirnya keyakinan dan ketaatan mereka menyelamatkan mereka dari kegeraman Nebukadnezar serta menyelamatkan mereka dari panasnya perapian yang menyala-nyala.
b.      Pemberani
     Raja Nebukadnezar memanggil mereka dan kemudian menanyai mereka tentang hal yang dilaporkan oleh beberapa orang Kasdim. Raja menanyakan hal tersebut dengan keadaan marah tetapi juga terlihat kesan bahwa raja mengatakan hal tersebut secara sopan. Orang-orang Yahudi ini menanggapi pertanyaan ini dengan berani walaupun mungkin agak lancang. Raja menanyai mereka dan mereka menjawab bahwa, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini”. Bahkan mereka menantang raja bahwa Allah mereka sanggup melepaskan mereka dari hukuman raja itu.
5.  Menteri Nebukadnezar
     Menteri yang bersama-sama dengan raja yang menyaksikan Sadrakh, Mesakh dan Abednego di perapian yang menyala-nyala.
E. Konflik
     Konflik dimulai ketika Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang megah dan menahbiskannya dengan dihadiri oleh orang-orang dari segala bangsa suku dan bahasa dan konflik pun berlanjut ketika mereka mengiakan hal tersebut. Konflik menjadi lebih besar ketika ketika Raja Nebukadnezar menyuruh mereka menyembah patung emas itu ketika mendengar bunyi alat-alat musik, (sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan jenis musik lain), jika mereka tidak mau melakukan yang diperintahkan maka mereka akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Maka turutlah mereka pada perintah itu dan menyembah patung emas itu. Konflik berlanjut ketika ada orang-orang Kasdim yang melaporkan bahwa ada orang-orang Yahudi yang tidak menyembah patung Raja itu yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Konflik semakin bertambah ketika Raja Nebukadnezar memanggil ketiga orang ini dan kemudian mencari kebenaran dengan menyuruh mereka secara langsung menyembah patung emas yang ia buat itu, jika tidak maka mereka akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan konflik berlanjut ketika ketiga orang ini yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak mau menyembah patung itu karena kepercayaan mereka kepada Tuhan. Konflik menjadi besar ketika Raja Nebukadnezar menjadi sangat geram dan marah. Puncak konflik adalah ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego di lempar ke dalam perapian yang menyala-nyala dengan keadaan yang terikat jadi mereka tak dapat lagi melepaskan diri.
a.       Konflik batin
          Konflik batin terjadi kepada Raja Nebukadnezar yaitu ia merasa diremehkan dan disepelekan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego sehingga ia merasa marah. Konflik batin juga dialami oleh orang-orang Kasdim karena mereka merasa diancam, mungkin saja mereka juga tidak mau menyembahnya tapi karena mereka takut pada hukuman maka mereka melakukannya, dan ketika mereka melihat ada yang tidak menyembahnya maka mungkin saja mereka merasa ini seolah tidak adil bagi mereka. Konflik batin juga terjadi pada Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Secara manusia tentu saja mereka pasti merasa takut dan panik karena akan dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala dan menyangka mereka pasti akan mati.
b.      Konflik antar sesama
     Konflik antar sesama terjadi antara Raja Nebukadnezar dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego karena mereka tidak ingin mengikuti perintahnya untuk menyembah patung emas yang ia buat. Konflik antar sesama juga terjadi antara Orang-orang Kasdim dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego karena orang-orang Kasdim melaporkan bahwa ketiga orang ini tidak menyembah patung, mungkin saja mereka benci atau cemburu.
F. Seting Lokasi
a.       Wilayah Kerajaan Babel, tempat pemerintahan Raja Nebukadnezar.
b.      Perapian yang menyala-nyala
G. Seting Waktu
Tidak dijelaskan secara spesifik tentang waktu kapan, tetapi kurang lebih dalam aspek-aspek berikut yaitu pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, dan pemerintahan Raja Nebukadnezar di Babel yang bersamaan dengan bertugasnya Sadrakh , Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.
H. Style Atau Gaya
a.       Pengulangan
Ada pengulangan kalimat dalam narasi ini yaitu dalam ayat 5, diulang kembali dalam ayat 7, tentang “bunyi-bunyian alat-alat musik, dan sujud menyembah patug raja, jika tidak maka akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Kalimat itu juga di ulang dalam ayat 10-11. Dan lebih spesifik tentang “perapian yang menyala-nyala” disebutkan banyak kali, dalam ayat 6,11, 15b, 17, 20, 21, 23, 26.
b.      Ironi
Ø  Dalam narasi ini ada ironi-ironi yang muncul. Pertama, ketika Nebukadnezar membuat sebuah patung dan menyuruh orang menyembahnya, maka ini sangat ironi karena ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja dan ingin dituruti seolah ingin menjadi seperti Allah.
Ø  Ketika raja menyuruh Sadrakh, Mesakh dan Abednego menyembah patungnya, mereka malah menentangnya dengan pernyataan yang sangat mengejutkan “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini”. Tentu hal ini sangat ironi karena mereka sangat berani mengatakan hal itu tanpa rasa takut, jika secara manusiawi hal ini sangat jarang dilakukan oleh orang yang dalam keadaan terdesak. Ketika diancam akan di masukkan dalam perapian yang menyala-nyala mereka bukan takut dan mengikuti, mereka justru melawan dan tetapi berani pada pendirian mereka. Itulah mengapa hal ini begitu ironi.
Ø  Ketika mereka dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, Nebukadnezar menganggap dia menang dan benar karena telah menghukum mereka dan mengaanggap ereka telah mati, namun hal itu justru terbalik. Mereka diselamatkan dan yang menjadi takut dan heran justru adalah Nebukadnezar karena melihat bahwa yang di dalam perapian ada 4 orang.
Ø  Selanjutnya kemenangan yang dianggap adalah milik raja Nebukadnezar ternyata bukan, karena bukanlah sadrakh, Mesakh dan Abednego yang mati. Tapi ketika mereka ditolong oleh Malaikat      dan diselamatkan, Nebukadnezarlah yang menjadi takut dan kemudian menyembah Allah dan mengeluarkan perintah untuk tidak menghina Allah dan memberi kedudukan kepada ketiganya. Jadi keadaan menjadi terbalik, raja menjadi takut pada Allah dan menjadi sayang kepada ketiganya.

I.  Narator
     Narator banyak berperan dalam narasi ini, ia menjelaskan banyak hal mengenai narasi ini. Ia memberikan informasi-informasi mengenai cerita baik dari penddahuluan cerita, isinya sampai kepada solusi. Dalam narasi ini apalagi yang dialognya sangat kurang dan narrator sangat banyak berperan dalam narasi ini yang menjelaskan jalannya cerita itu baik tentang bagaimana Nebukadnezar mendirikan patung secara rinci, perintahnya untuk menyembah patung itu, sampai kepada ia menghukum orang yang tidak melakukan hal itu yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego, juga sampai ia terheran-heran dan menjadi takut kepada Allah. Tapi dalam narasi ini, ada juga hal-hal yang diketahui narrator yang juga perlu diketahui oleh pembaca namun tidak dicantumkan. Hal-hal itu adalah sebagai berikut:

Ø  Narrator tidak menuliskan tentang maksud raja Nebukadnezar membuat patung itu, apakah supaya rakyatnya menyembah berhala dan melupakan Tuhan ataukah dia ingin disembah seperti Allah lewat patung itu
Ø  Narrator juga tidak menuliskan tentang tanggapan orang-orang yang disuruhnya menyembah patung apakah mereka ingin atau tidak, mereka hanya diancam oleh sebuah penghukuman
Ø  Narator juga tidak menjelaskan alasan orang-orang Kasdim melaporkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego apakah sebagai bentuk kepatuhan mereka kepada raja ataukah sebenarnya mereka juga tidak mau menyembah sehingga cemburu dan benci karena menganggap itu tidak adil karena mereka menyembah dan ketiga orang ini tidak.
Ø  Narrator juga tidak menjelaskan bagaimana ekspresi Sadrakh, Mesakh dan Abednego ketika hendak dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala
Ø  Narrator juga tidak menjelaskan bagaimana ekspresi wakil raja, penguasa, para bupati, dll ketika mereka melihat Sadrakh, Mesakh dan Abednego keluar dari api yang menyala-nyala dengan tidak ada bercak terluka bahkan tanda terbakar sekecilpun. Apakah mereka juga terkejut.
Ø  Narrator juga tidak menjelaskan dimana/bagaimana keadaan patung setelah ia bertobat, apakah dibuang, dihancurkan atau tetap ada
J.  Seni Dalam Kata-kata
     Kata-kata yang sering muncul dalam cerita ini ialah:
a.       Patung (10 kali)
     Patung yang dimasksudkan di sini ialah patung emas buatan raja Nebukadnezar. Nebukadnezar membuat patung emas dengan maksud untuk menjadikannya pusat penyembahan atau pusat keagaamaan pada masa pemerintahannya dan pada seluruh wilayah kekuasaanya. Patung emas inilah yang menjadi awal konflik dari cerita ini.
b.      Mendengar bunyi (4 kali)
     Ketika orang-orang mendengar bunyi sangkakala, seruling, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka pada saat itulah warga kerajaan dari Nebukadnezar harus sujud kepada patung emas tersebut.
c.       Menyembah (11 kali)
     Setelah mendengar bunyi sangkakala, seruling, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka saat itulah warga harus sujud menyembah kepada patung emas buatan Nebukadnezar. Hal inilah yang kemungkinan menjadi alasan dari beberapa orang Kasdim melaporkan orang-orang Yahudi (Sadrakh, Mesakh dan Abednego) kepada raja Nebukadnezar. Ketika mereka mendengar hal ini kemungkinan mereka tidak sujud menyembah dan dilihatlah oleh beberapa orang kasdim dan kemudian melaporkannya kepada raja.
d.      Perapian yang menyala-nyala (7 kali)
     Raja Nebukadnezar memberikan perintah kepada warga kerajaannya untuk menyembah patung emas buatannya untuk disembah terlebih khusus ketika mendengar bunyi-bunyian musik. Kemudian diikuti sebuah ancaman bahwa setiap orang yang tak menyembah ketika mendengar bunyi-bunyian maka akan dilemparkan ke perapian yang menyala-nyala.
e.       Melepaskan (5 kali)
     Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?”. Kata melepaskan pertama kali muncul dari pertanyaan raja Nebukadnezar ini. Nebukadnezar membuat patung emas mungkin sebagai simbol kejayaannya, sehingga ia dengan berani berkata bahwa “Dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?”. Sadrakh, Mesakh dan Abednego kemudian dengan keyakinan iman mereka menjawab perintah itu, bahwa jika Allah mereka sanggup melepaskan mereka, maka Allah akan membebaskan mereka. Kata-kata berikutnya muncul ketika raja menyanjung Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
K. Seni Dalam Tindakan
     Suatu perbuatan yang menarik dalam cerita ini ialah pembuatan patung emas sebagai tempat penyembahan. Tak jelas mengapa raja Nebukadnezar membuat patung tersebut, tetapi yang jelas ialah bahwa ada hukuman bagi yang tidak menyembah patung tersebut. Melalui hal itu Allah membuat suatu hal yang menarik. Hal yang menarik ini ialah:
1.      Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap percaya kepada Allah,
2.      Mereka dilemparkan ke perapian yang menyala-nyala,
3.      Mereka yang seharusnya mati di perapian yang menyala-nyala tersebut malahan karena atas pertolongan Allah, dengan bebasnya mereka berjalan-jalan di perapian yang menyala-nyala tersebut tanpa ada efek apupun terhadap mereka,
4.      Nebukadnezar merendahkan diri dan meninggikan nama Allah Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
L. Seni Dalam Dialog
     Dalam cerita ini hanya terdapat dialog antara manusia dengan manusia. Hal ini terlihat dalam percakapan antara raja nebukadnezar dengan menterinya, raja dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Terdapat juga cerita mololog dalam cerita ini. Seperti, mandat raja yang diberitakan oleh bentaranya, beberapa orang Kasdim dan laporannya dan pujian raja kepada Allah Israel.
M.       Seni Dalam Cerita
     Seni dalam cerita yang ada cerita ini ialah tentang:
1.      Banyaknya karakter yang dimunculkan oleh narator, tetapi juga banyak karaktek juga yang tidak mengambil peran aktif dalam cerita.
2.      Nebukadnezar yang merupakan tokoh protagonis tetapi memiliki peran sebagai tokoh antagonis.
3.      Hal yang mengejutkan dalam cerita ini juga ialah sikap Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang kurang sopan dalam meresponi perintah atau perkataan raja.
N. Pesan
Ø  Jangan selalu menuruti perintah yang belum tentu benar
Ø  Jangan takut untuk bertindak benar apapun resikonya, karena kebenaran akan selalu menang.
Ø  Pertimbangkanlah segala hal sebelum melakukan sesuatu
Ø  Jangan menyembah yang lain selain Allah
Ø  Ketika kita percaya kepada Tuhan dan tetap mempertahankannya sekalipun harus mati, maka ia akan menyelamatkan kita dengan cara-Nya yang luarbiasa ajaib dan tidak dapat dilakukan oleh manusia
Ø  Allah menyadarkan orang-orang dengan cara-Nya yang berbeda
Ø  Jangan saling mencari kesalahan orang lain, karena belum tentu diri kita sendiri benar
Ø  Allah adalah Allah yang berkuasa dan maha tinggi dan mampu melakukan sesuatu yang menurut manusia mustahil. “With God, Impossible is nothing/With God, everything is possible”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar